Wednesday, December 5, 2012

Interview with Count Kutu & The Balmers (Bahasa Indonesia)


          Count Kutu & The Balmers adalah sebuah band yang berasal dari Manila, Filipina. Mengusung musik Mento/Calypso yang merupakan akar dari musik Ska, Rocksteady, Reggae, Dub, Dancehall, dan musik-musik kulit hitam lainnya. Terbentuk pada tahun 2002 oleh nama-nama seperti Count Kutu (Ryan), Senyor Lucca (Greg), Don Ustollano (Joy), Lord Santadio (Corlasito), dan Doctor Turbo (Ompong). Namun beberapa diantara mereka sudah menikah dan tidak aktif lagi di band. Sempat mengalami masa sulit setelah ditinggal beberapa personil asli mereka, akhirnya pada tahun 2010 Count Kutu dan Senyor Lucca mendirikan kembali Count Kutu & The Balmers bersama Cardinal Jones (Jong), Lord Francis (Francis), Bob Marlou (Marlou), dan Atty Justin. Masih mengusung musik Mento/Calypso dengan ciri khas vokal sengau dan menggunakan instrumen-instrumen seperti gitar akustik, tenor banjo, marakas, catacoo, sand block, bamboo drum, dan rumba box. Jalan mereka tidaklah mulus, album-album yang mereka hasilkan tidak begitu laku. Pembelinya kebanyakan adalah wisatawan dan pejalan kaki yang melintas di tempat Count Kutu & The Balmers biasa mengamen, seperti di kawasan pantai dan sudut-sudut kota. Akhirnya, kerja keras mereka membuahkan hasil. Pada tahun 2012, album terbaru mereka dirilis dalam format vinyl 10 inch oleh Jump Up Records, sebuah label rekaman asal Chicago, Amerika Serikat. Label yang berdiri tahun 1993 ini mengawali langkah dengan merilis kompilasi-kompilasi yang memperkenalkan band-band Amerika seperti Mustard Plug, Suicide Machines, dan sebagainya. Kini, Jump Up sudah menegeluarkan ratusan rilisan dari berbagai musisi Ska, Rocksteady, Reggae, dan Calypso dari seluruh dunia, antara lain Mr. Symarip, Mr. T-Bone, Moon Invaders, Firebug, Go Jimmy Go, See Spot, Babylove & The Van Dangos, Dr. Ring Ding, dan lain-lain, termasuk Count Kutu & The Balmers. Sehingga, penjualan album terbaru dari Count Kutu & The Balmers kini sudah mampu menjangkau seluruh belahan bumi. Semakin penasaran dengan Count Kutu & The Balmers, akhirnya saya ajukan beberapa pertanyaan kepada mereka. Tidak terlalu panjang lebar, namun sudah cukup sebagai info tambahan dan mencakup pula segala seluk beluk band ini. Berikut adalah interview kami.

Mengapa kalian memilih nama Count Kutu & The Balmers?
          Kami hanya mengadaptasi cara musisi-musisi Mento dalam memberi nama band mereka. Sama seperti halnya kebanyakan musisi Mento Jamaika mengadopsi gaya musisi Calypso dalam memberi nama. Berikut adalah sejarah singkat dan sedikit lebih dalam tentang sejarah nama musisi Calypso. Musisi Calypso yang merupakan budak memilih nama mereka dengan meniru nama depan tuan mereka seperti Lord, King, Great, Mighty, dll. Mereka mengejek secara licik satu sama lain, terutama mengejek tuan mereka, dengan menyanyikan lagu-lagu Calypso.

Kalian biasa bermain dalam pertunjukan seperti apa?
          Kami biasa bermain di sudut-sudut jalanan dan tempat-tempat umum di sekitar Metro Manila, serta di pantai-pantai lokal sekaligus sebagai rekreasi bagi kami. Memancing kerumunan penonton dan orang-orang yang lewat supaya membeli CD kami dan menjatuhkan koin ke dalam kotak gitar banjo sebagai sumbangan atas lagu-lagu Calypso yang kami nyanyikan. Kami juga bermain secara regular di bar lokal yang berbeda-beda seperti Scarlet Café, B-Sides, Mercy’s, dan Black Bird. Serta event-event seperti festival Ska atau Reggae pada waktu tertentu.

Bagaimana kalian bisa menjalin hubungan kerjasama dengan Jump Up Records?
          Teman kami yang bernama Hil (seorang organizer gig lokal) mengirimkan video-video band yang berbeda-beda termasuk video kami, Count Kutu & The Balmers di halaman facebook Jump Up Records. Barangkali Jump Up menyukai musik kami. Lalu, mereka mulai mengontak kami dan mengirimkan proposal via email. Begitulah cara kami mendapat kesepakatan kontrak dengan Jump Up Records. Terima kasih untuk Hil, dialah yang membuat seluruh kesepakatan kontrak ini terwujud, dan untuk Luv Gaerlan Nogoy atas dukungan dan bantuannya yang sangat berharga.

Ceritakan tentang album kalian yang dirilis oleh Jump Up Records tersebut!
          Album yang berjudul "Take Me" ini adalah album ke lima kami, dirilis oleh Jump Up Records dalam format vinyl 10 inch. Kami tidak mengharapkan kesuksesan yang muluk-muluk, karena target pemasaran kami adalah menjual merchandise kami dalam wilayah lokal saja. Tetapi mengejutkan bagi kami, sekarang mulai dijual ke seluruh belahan bumi semenjak bekerjasama dengan Jump Up. Terima kasih kepada Tuhan atas berkat-Nya yang diberikan kepada kami.

Kebanyakan lagu kalian ditulis menggunakan bahasa daerah kalian. Lagu-lagu kalian menceritakan tentang apa saja?
          Lagu-lagu kami bercerita tentang apa yang terjadi di sekitar, skandal, penghinaan, politik, gosip, keberanian, dan sindiran-sindiran. Yang jelas, kami mempelajari teknik-teknik yang banyak terpengaruh dari ketrampilan musisi-musisi Calypso tradisional, serta musisi Calypso lokal, Max Surban.

Bagaimana dengan scene musik di kota dan negara kalian?
          Musik Reggae dan Ska baik tradisional maupun modern merajalela di negara kami saat ini. Sebagian besar memiliki kualitas yang pantas diacungi jempol. Scene Ska, Reggae, dan Mento di Filipina memang selalu ramai. Kami sangat menikmati menjadi bagian dari scene tersebut. Selalu menyenangkan karena semuanya memberikan support secara antusias terhadap scene baik penggemar musik Jamaika maupun bukan.

Ini sebuah karir atau hanya hobi bagi kalian? Adakah proyek lain?
          Sebenarnya, Count Kutu & The Balmers adalah sebuah band side project dan hanya merupakan hobi bagi kami. Band asli kami adalah The Sneekers, sebuah band Punk Rock/Psychobilly, dan band tersebut juga masih aktif.

Banyak yang masih bingung dalam membedakan Mento dengan Calypso karena keduanya memang hampir sama. Apa perbedaan diantara keduanya?
          Perbedaan antara Calypso dengan Mento adalah sebagai berikut, yang jelas, Calypso berasal dari Trinidad & Tobago, sedangkan Mento berasal dari Jamaika. Keduanya memiliki gaya yang hampir sama pada kecerdasan lirik, mungkin karena keduanya memiliki akar yang sama, dari Afrika. Perbedaanya hanya dari suaranya, Mento memiliki sound yang unik dan eksotis, sebagai contoh, Mento biasanya menggunakan banjo sebagai lead guitar, dan dipetik dengan gaya mirip Early Reggae, atau teknik memetik yang tak terduga namun teratur. Sedangkan Calypso menggunakan gitar akustik khusus yang dipetik atau bermain lead dengan sedikit nge-jazz. Tetapi itu tidak mempengaruhi antusiasme saya terhadap Calypso, karena saya benar-benar menyukai keduanya, baik Mento maupun Calypso. Perbedaan yang lain, Mento menggunakan rumba box yang menghasilkan suara bass yang jelas dan dalam seperti jantung berdebar, sedangkan Calypso menggunakan kontra bass. Menurut saya, itu tadi adalah beberapa perbedaan antara Mento dan Calypso.

Kalimat-kalimat penutup untuk para pembaca?
          Untuk orang-orang Indonesia yang selalu memberikan support, terima kasih atas sambutan kalian yang hangat kepada band kami. Ini adalah sebuah kehormatan besar bagi kami bisa berpartisipasi dalam zine lokal kalian (Fotokopi Buram Zine). Kami sangat menghargainya. Kami berharap supaya bisa mengunjungi Indonesia suatu hari nanti. Sukses buat kalian. Terima kasih untuk semuanya.

1 comment: