Tuesday, November 6, 2012

Nostalgia Kaset Pita

          Belum lengkap rasanya apabila kita seorang pecinta musik atau mungkin musisi jika belum mengenal apa itu kaset pita. Saya pribadi mengenal benda tersebut semasa kanak-kanak, sedari era Bondan Prakoso si Lumba-Lumba sampai Trio Kwek-Kwek. Yaa, sedikit contoh lagu anak-anak yang kini sudah hampir punah. Mungkin saat ini lagu anak-anak tersebut hanya mampu kita jumpai sebagai backsound wahana permainan keliling bernama odong-odong. Mulai beranjak dewasa, tentu selera musik berubah dengan sendirinya. Musik seakan menjadi kebutuhan tambahan yang harus dipenuhi pula. Berbahagialah jika pernah merasakan mencari kaset yang diinginkan dan akhirnya menemukannya setelah pusing berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Karena pada saat itu, yang kita inginkan belum pasti tersedia di toko kaset terdekat. Tak semudah men-download lagu seperti masa sekarang ini. Lebih menyenangkan lagi jika membelinya dengan uang tabunganmu sendiri. Selain membeli, ada teknik tradisional semacam barter/trade dengan orang lain. Bisa juga pinjam meminjam, sampai ada kaset yang jejaknya hilang entah kemana. Dan satu hal lagi yang unik adalah merekam lagu-lagu yang kita sukai di sebuah siaran radio menggunakan tape recorder dengan media kaset pita kosongan (blank cassette). Oh iya, generasi sekarang dan mendatang mungkin tidak akan pernah mengenal rasanya memutar kaset pita tepat di kedua lubangnya menggunakan bolpoin atau pensil ketika kaset tersebut nglokor, atau memang sengaja diputar untuk menghindari pita kaset yang bermasalah akibat terlalu sering melakukan fast forward dan rewind. Seiring berjalannya waktu, keberadaan dan peredaran kaset pita mulai tergeser oleh compact disc (CD), Kebanyakan dari para musisi pun kini merilis album mereka secara digital dengan media CD. Meski masih ada sebagian kecil yang merilis format kaset pita. Dan masih ada pula segelintir orang yang mengoleksi rilisan-rilisan dalam format kaset pita tersebut.

Donlot

          Semakin berkembang teknologi, kita pun semakin mudah untuk melakukan dan mendapatkan sesuatu. Salah satunya yang akan disoroti dalam artikel ini adalah tentang download, khususnya dalam dunia musik. Demi memenuhi kebutuhan telinga yang selalu lapar akan musik, kini kita tak perlu susah payah untuk mencari dan membeli album original. Ketersediaan akses internet yang hampir dimiliki setiap orang menjadi pendukung yang utama. Kini, kita tinggal browsing, cari file yang berkaitan/diinginkan, dan langsung download. Dengan proses se-instant itu kita dapat langsung mendengarkan musik/lagu yang kita inginkan.
          Download, untuk musik/lagu khususnya, pada dasarnya terbagi dalam dua macam. Pertama, adalah link download yang disediakan sendiri oleh pihak musisi/artist yang bersangkutan. Link download seperti ini biasanya digunakan sebagai sarana untuk membagikan sample/demo dari musisi-musisi tersebut. Namun, ada pula musisi yang memang mereka tidak pernah menjual rilisan album dan dengan sukarela membagikan karya-karya mereka. Kedua, adalah murni pembajakan, yang sengaja disebarluaskan oleh pihak tertentu tanpa sepengetahuan/izin dari musisi yang bersangkutan.
          Kita tidak perlu munafik. Banyak dari kita pasti memanfaatkan kemudahan tersebut, men-download lagu/album dari sekian banyak link yang tersedia di samudera internet. Terutama untuk lagu/album mancanegara yang kita tidak tahu dimana harus membeli jika tidak ada di toko kaset/CD terdekat. Apalagi untuk rilisan lama dan langka yang memang sudah tidak beredar di pasaran. Kita tidak perlu susah-susah mencari dan merogoh kocek lebih dalam.
          Namun, lain halnya untuk rilisan lokal, terutama bagi yang berada di jalur independen. Rilisan tersebut biasanya mampu dijangkau dan mudah ditemukan. Kita bisa menjumpainya di distro atau lapak. Selain di tempat-tempat tersebut, ada juga dengan sistem online, bahkan bisa menghubungi/mengontak langsung musisi yang bersangkutan. Yak, sudah seharusnya kita memberikan support secara langsung. Membeli t-shirt band saja mampu, mengapa tidak membeli albumnya?


Local CDs

Saturday, November 3, 2012

amarahXhitam (Bekasi Hardcore)


Profil
          amarahXhitam berdiri kisaran awal 2011 dan berisi muka2 lama dari skena Bekasi diantaranya Sterly AKA Cilay, vokalis band metal hardcore lawas, Wallride. Hendri AKA Ucox, gitaris salah satu band generasi awal bekasi hardcore, Full Of Respect. Agni, drumer yang sudah malang melintang di scene indie Bekasi maupun Jakarta. Abud AKA Kebot new kid from Jatimulya Crew, ex-gitaris dari band potensial, Freewiily. Dan yang terakhir Endro, seorang perantauan dari kota Bengawan Solo yang tinggal di Tangerang, salah satu personel dari band Solo City Hardcore, Cause Of Damage. Dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda ini, amarahXhitam hadir dengan menyatukan unsur-unsur tersebut menjadi sebuah kombinasi baru dalam skena Bekasi Hardcore. amarahXhitam telah merampungkan proses pembuatan  EP yang berisikan 5 tracks diantaranya Sounds of Power, Strike Back, Lawan Stamina, dan 1 lagu remix version amarahXhitam yang di-mix oleh Endro. Untuk proses rekaman dilakukan di studio Rajawali, Bekasi, dengan engineer Erix Trashline. Dan lumayan memakan waktu lama dari akhir September 2011 sampai pertengahan 2012 dikarenakan kesibukan pekerjaan masing-masing personil. Menjelang akhir 2012 akhirnya EP yang berisikan 5 track rampung dan diproduksi sendiri secara DIY dengan bantuan DIY record Masasiorangutan Record untuk hal distribusi. amarahXhitam masih menyisakan beberapa lagu yang tidak dimasukkan dalam EP ini dan berencana awal atau pertengahan tahun 2013 akan merilis full album dibawah label Masasiorangutan record.




EP Review
          EP dari amarahXhitam ini diawali dengan intro (welcome) sebagai pemanasan. Berdurasi tak sampai satu menit, berupa instrumental disertai sampling di detik-detik awal. Setelah berhenti, langsung dikebut dengan beat cepat dari lagu yang berjudul Sounds Of Power. Lewat lirik dari lagu Sounds Of Power ini, AXH menunjukkan bahwa suara-suara yang mereka suarakan memiliki kekuatan. Track ketiga berjudul Strike Back!!!, sesuai judul album. Lagi, track ini diisi sampling, tepatnya di awal dan di tengah-tengah lagu. Kali ini yang dipakai adalah suara-suara pukulan, suasana dalam sebuah pertandingan tinju yang membuat lagu berjudul Strike Back!!! ini semakin hidup. Lagu ini adalah tentang bagaimana kita menjalani kehidupan yang kadang berada di atas dan juga di bawah, yang harus dihadapi dengan perjuangan keras dan pantang menyerah. Kemudian, track keempat yang berjudul Lawan Stamina. Masih menceritakan bagaimana cara menghadapi kerasnya hidup. Tentang semangat, kekuatan, keteguhan, melawan stamina! Terakhir, sebagai penutup adalah sebuah anthem remix version bernuansa digital hardcore/industrial yang berjudul 4M4R4HxH1T4M. Untuk mendapatkan CD EP Strike Back!!! ini silakan menghubungi kontak yang tercantum di bawah.

amarahXhitam :
- Sterly AKA Cilay | @sterlycilay : Vocal
- Hendri AKA Ucox | @hendri_tdf : Guitar
- Agni| | @Agni54 : Drum
- Abud AKA Kebot | @abudkariza : Bass
- Endro | @Endwicakso : Guitar

Contact :
amarahxhitam@yahoo.com
Facebook Page : Amarahxhitam
http://www.reverbnation.com/amarahxhitam
Endro (+628569946738)
Hendri (+6281511171105)

Pengen Support Tapi Kok Mahal? (Oleh : Jr. Miko)

          Akhir-akhir ini mungkin kita sering mendengar keluhan dari teman ataupun orang yang belum kita kenal tentang harga merchandise band dan harga tiket masuk gigs yang makin mahal. Hal tersebut bisa terjadi pasti ada faktor-faktor penyebabnya. Mari kita telaah bersama faktor-faktor tersebut.
          Pertama, naiknya bahan baku produksi kaos yg makin lama makin naik. Dengan kenaikan harga bahan baku, otomatis biaya produksi yang digunakan juga akan semakin naik pula. Kedua, design yang bagus dan menarik. Jangan dikira bikin design itu mudah. Ini membutuhkan keterampilan dan memakan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan sebuah design. Ketiga, kelangsungan hidup band. Sebuah band memproduksi merchandise salah satu tujuannya adalah untuk mendapatkan untung (bukan komersil). Keuntungan tersebut dimanfaatkan untuk biaya latihan, bikin merchandise, rekaman, dll.
          Jadi, jangan dikira mereka membuat merchandise hanya untuk mencari keuntungan pribadi saja. Keperluan band banyak, sewa studio buat latihan, kemudian rekaman. Itupun dengan budget yang tidak sedikit tentunya. Kalau kita mensupport mereka dengan membeli merchandise-nya secara tidak langsung kita membantu kelangsungan hidup band itu. Toh uang yang kita keluarkan nantinya juga akan kita rasakan kembali setelah band tersebut rekaman, dan kita akan menikmati hasil karyanya tersebut.
          Tapi ada juga band yang menghidupi band nya dengan modal sendiri. Jangan salah sangka ketika mereka setelah merilis album dan menjual kasetnya ke umum dengan nominal tentunya. Biaya yang mereka keluarkan untuk merampungkan sebuah album tidaklah murah, jadi wajar kalau mereka menjualnya dengan nominal tertentu. Kalau kita suka terhadap karya band tersebut ya supportlah, kalau tidak suka ya tinggalkan saja. Tak usah banyak bicara ini itu.
          Lantas bagaimana jika kita ingin mensupport mereka tapi tidak mampu membeli merchandise ataupun rilisan album mereka? Mudah saja, pinjamlah kaset/CD teman kamu yang sudah beli lalu dengarkan hasil karyanya. Saat mereka main dalam suatu gigs datanglah, ikutlah sing along dan meramaikan gigs tersebut. Dengan seperti itu kita telah mensupport mereka secara langsung, dan mereka juga akan respect kepada kita.
          Permasalahan kedua muncul. Mau support band teman yang main kok harga tiket masuknya mahal? Telah kita ketahui bikin gigs itu selain ribet juga membutuhkan budget yg tidak sedikit. Budget itu digunakan untuk memberikan fee kepada band luar kota yg diundang, sewa tempat, ijin polisi, sewa alat, sewa sound, dll. Katakanlah ada gigs yang tiketnya 10ribu. Kita merasa keberatan untuk mengeluarkan uang dengan nominal itu. Tapi disisi lain ada band teman kita yang main. Kalau bukan kita yang support lalu siapa lagi yang akan mensupport mereka? Tak usah pikir panjanglah kalau mau mensupport teman sendiri. Kalau ingin disupport ya kita juga harus mensupport. Hubungan timbal balik itu selalu ada. Tak usah ragu mengeluarkan uang segitu untuk masuk ke dalam suatu gigs, kita juga akan menikmati gigs tersebut kan akhirnya.
          Ada juga gigs dengan harga tiket masuk yg lebih mahal lagi. Kalau kita gak suka acaranya, ya gak perlu memaksakan masuk. Datang saja dan berada diluar tempat acara biar bisa ketemu teman-teman yang lain. Tak perlu membicarakan harga tiketnya yang mahal. Ngapain juga kita beli tiket kalau tidak ada kepuasan setelah berada didalam gigsnya? Yang ada cuma kecewa, "Wah, wis larang gek band e ra ono sing tak senengi, ngerti ngono duite tak nggo tuku sego tempe wae malah wareg".

Industri Seks Indonesia (Oleh : Ari "Ayik" Suryanto)

          Mendengar kata  prostitusi pasti bayangan kita langsung mengartikannya kegiatan pelacuran. Ya, memang begitu adanya, tapi kenapa masalah prostitusi ini begitu menjadi masalah klasik, menjadi hal yang umum dalam kehidupan sehari-hari kita? Kadang tercetus sebuah pertanyaan tentang cara penanggulangan, solusi atas masalah pelik ini serta bagaimana masalah ini tercipta atau sebut saja sejarah terbentuknya prostitusi itu sendiri.
Setelah melalui obrolan dengan beberapa teman yang sekali lagi hanya sekedar obrolan ringan di wedangan, salah seorang teman saya beranggapan/berargumen bahwa masalah prostitusi itu adalah budaya atau hal yang diwariskan oleh leluhur. Mengapa begitu? Teman saya menerangkan, hal ini (masalah prostitusi) sudah berjalan dari jaman kerajaan (feodal). Hal itu membuat saya semakin penasaran, dan atas rasa penasaran tersebut saya memutuskan untuk mecari-cari artikel yang menjelaskan pendapat teman saya tadi. Hingga saya menemukan dala suatu blog yang menuturkan bahwa memang prostitusi telah mengakar dan menjadi budaya dalam masyarakat kita.
          Masalah prostitusi di Indonesia sejarahnya dimulai dari masa kerajaan-kerajaan Jawa, di mana perdagangan perempuan pada saat itu merupakan bagian pelengkap dari sistem pemerintahan feodal. Dan raja pada saat itu mempunyai kekuasaan penuh. Kekuasaan raja yang tak terbatas ini tercermin dari banyaknya selir yang dimilikinya. Perempuan yang dijadikan selir tersebut berasal dari daerah tertentu yang terkenal banyak mempunyai perempuan cantik dan memikat. Status perempuan pada masa itu adalah sebagai upeti (barang antaran) dan sebagai selir. Di Bali misalnya, seorang janda dari kasta rendah tanpa adanya dukungan yang kuat dari keluarga, secara otomatis menjadi milik raja. Jika raja memutuskan tidak mengambil dan memasukkan dalam lingkungan istana, maka dia akan dikirim ke luar kota untuk menjadi pelacur. Sebagian dari penghasilannya harus diserahkan kepada raja secara teratur.
          Dan bentuk-bentuk industri seks yang lebih terorganisasi berkembang pesat pada periode penjajahan Belanda. Kondisi tersebut terlihat dengan adanya sistem perbudakan tradisional dan perseliran yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan seks masyarakat Eropa. Umumnya, aktivitas ini berkembang di daerah-daerah sekitar pelabuhan di nusantara. Pemuasan seks untuk para serdadu, pedagang, dan para utusan menjadi isu utama dalam pembentukan budaya asing yang masuk ke Nusantara. Dari semula, isu tersebut telah menimbulkan banyak dilema bagi penduduk pribumi dan non-pribumi. Dari satu sisi, banyaknya lelaki bujangan yang dibawa pengusaha atau dikirim oleh pemerintah kolonial untuk datang ke Indonesia, telah menyebabkan adanya permintaan pelayanan seks ini. Kondisi tersebut ditunjang pula oleh masyarakat yang menjadikan aktivitas memang tersedia, terutama karena banyak keluarga pribumi yang menjual anak perempuannya untuk mendapatkan imbalan materi dari para pelanggan baru (para lelaki bujangan) tersebut. Pada sisi lain, baik penduduk pribumi maupun masyarakat kolonial menganggap berbahaya mempunyai hubungan antar ras yang tidak menentu. Perkawinan antar ras umumnya ditentang atau dilarang, dan perseliran antar ras juga tidak diperkenankan. Akibatnya hubungan antar ras ini biasanya dilaksanakan secara diam-diam. Dalam hal ini, hubungan gelap (sebagai suami-istri tapi tidak resmi) dan hubungan yang hanya dilandasi dengan motivasi komersil merupakan pilihan yang tersedia bagi para lelaki Eropa. Perilaku kehidupan seperti ini tampaknya tidak mengganggu nilai-nilai sosial pada saat itu dan dibiarkan saja oleh para pemimpin mereka.
          Situasi pada masa kolonial tersebut membuat sakit hati para perempuan Indonesia, karena telah menempatkan mereka pada posisi yang tidak menguntungkan secara hukum, tidak diterima secara baik dalam masyarakat, dan dirugikan dari segi kesejahteraan individu dan sosial. Maka sekitar tahun 1600-an, pemerintah mengeluarkan peraturan yang melarang keluarga pemeluk agama Kristen mempekerjakan wanita pribumi sebagai pembantu rumah tangga dan melarang setiap orang mengundang perempuan baik-baik untuk berzinah. Peraturan tersebut tidak menjelaskan apa dan mana yang dimaksud dengan perempuan “baik-baik”. Pada tahun 1650, “panti perbaikan perempuan” (house of correction for women) didirikan dengan maksud untuk merehabilitasi para perempuan yang bekerja sebagai pemuas kebutuhan seks orang-orang Eropa dan melindungi mereka dari kecaman masyarakat. Seratus enam belas tahun kemudian, peraturan yang melarang perempuan penghibur memasuki pelabuhan “tanpa izin” menunjukkan kegagalan pelaksanaan rehabilitasi dan juga sifat toleransi komersialisasi seks pada saat itu. Tahun 1852, pemerintah mengeluarkan peraturan baru yang menyetujui komersialisasi industri seks tetapi dengan serangkaian aturan untuk menghindari tindakan kejahatan yang timbul akibat aktivitas prostitusi ini. Kerangka hukum tersebut masih berlaku hingga sekarang. Meskipun istilah-istilah yang digunakan berbeda, tetapi hal itu telah memberikan kontribusi bagi penelaahan industri seks yang berkaitan dengan karakteristik dan dialek yang digunakan saat ini. Apa yang dikenal dengan wanita tuna susila (WTS) sekarang ini, pada waktu itu disebut sebagai “wanita publik” menurut peraturan yang dikeluarkan tahun 1852. Dalam peraturan tersebut, wanita publik diawasi secara langsung dan secara ketat oleh polisi waktu itu. Semua wanita publik yang terdaftar diwajibkan memiliki kartu kesehatan dan secara rutin (setiap minggu) menjalani pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi adanya penyakit syphilis atau penyakit kelamin lainnya. Jika seorang perempuan ternyata berpenyakit kelamin, perempuan tersebut harus segera menghentikan praktiknya dan harus diasingkan dalam suatu lembaga (inrigting voor zieke publieke vrouwen) yang didirikan khusus untuk menangani perempuan berpenyakit tersebut. Untuk memudahkan polisi dalam menangani industri seks, para wanita publik tersebut dianjurkan sedapat mungkin melakukan aktivitasnya di rumah bordil. Sayangnya peraturan perundangan yang dikeluarkan tersebut membingungkan banyak kalangan pelaku di industri seks, termasuk juga membingungkan pemerintah. Untuk itu pada tahun 1858 disusun penjelasan berkaitan dengan peraturan tersebut dengan maksud untuk menegaskan bahwa peraturan tahun 1852 tidak diartikan sebagai pengakuan bordil sebagai lembaga komersil. Sebaliknya rumah pelacuran diidentifikasikan sebagai tempat konsultasi medis untuk membatasi dampak negatif adanya pelacuran. Meskipun perbedaan antara pengakuan dan persetujuan sangat jelas bagi aparat pemerintah, tapi tidak cukup jelas bagi masyarakat umum dan wanita publik itu sendiri.
          Dua dekade kemudian tanggung jawab pengawasan rumah bordil dialihkan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Peraturan pemerintah tahun 1852 secara efektif dicabut digantikan dengan peraturan penguasa daerah setempat. Berkaitan dengan aktivitas industri seks ini, penyakit kelamin merupakan persoalan serius yang paling mengkhawatirkan pemerintah daerah. Tetapi terbatasnya tenaga medis dan terbatasnya alternatif cara pencegahan membuat upaya mengurangi penyebaran penyakit tersebut menjadi sia-sia.
Pengalihan tanggung jawab pengawasan rumah bordil ini menghendaki upaya tertentu agar setiap lingkungan permukiman membuat sendiri peraturan untuk mengendalikan aktivitas prostitusi setempat. Di Surabaya misalnya, pemerintah daerah menetapkan tiga daerah lokalisasi di tiga desa sebagai upaya untuk mengendalikan aktivitas pelacuran dan penyebaran penyakit kelamin. Selain itu, para pelacur dilarang beroperasi di luar lokalisasi tersebut. Semua pelacur di lokalisasi ini terdaftar dan diharuskan mengikuti pemeriksaan kesehatan secara berkala .Tahun 1875, pemerintah Batavia (kini Jakarta), mengeluarkan peraturan berkenaan dengan pemeriksaan kesehatan. Peraturan tersebut menyebutkan, antara lain bahwa para petugas kesehatan bertanggung jawab untuk memeriksa kesehatan para wanita publik. Para petugas kesehatan ini pada peringkat kerja ketiga (tidak setara dengan eselon III zaman sekarang yaitu kepala biro pada organisasi pemerintahan) mempunyai kewajiban untuk mengunjungi dan memeriksa wanita publik pada setiap hari Sabtu pagi. Sedangkan para petugas pada peringkat lebih tinggi (peringkat II) bertanggung jawab untuk mengatur wadah yang diperuntukkan bagi wanita umumnya yang sakit dan perawatan lebih lanjut. Berdasarkan laporan pada umumnya meskipun telah dikeluarkan banyak peraturan, aktivitas pelacuran tetap saja meningkat secara drastis pada abad ke-19, terutama setelah diadakannya pembenahan hukum agraria tahun 1870, di mana pada saat itu perekonomian negara jajahan terbuka bagi para penanam modal swasta. Perluasan areal perkebunan terutama di Jawa Barat, pertumbuhan industri gula di Jawa Timur dan Jawa Tengah, pendirian perkebunan-perkebunan di Sumatera dan pembangunan jalan raya serta jalur kereta api telah merangsang terjadinya migrasi tenaga kerja laki-laki secara besar-besaran. Sebagian besar dari pekerja tersebut adalah bujangan yang akan menciptakan permintaan terhada aktivitas prostitusi. Selama pembangunan kereta api yang menghubungkan kota-kota di Jawa seperti Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung, Cilacap, Yogyarakta, dan Surabaya tahun 1884, tak hanya aktivitas pelacuran yang timbul untuk melayani para pekerja bangunan di setiap kota yang dilalui kereta api, tapi juga pembangunan tempat-tempat penginapan dan fasilitas lainnya meningkat bersamaan dengan meningkatnya aktivitas pembangunan konstruksi jalan kereta api. Oleh sebab itu dapat dimengerti mengapa banyak kompleks pelacuran tumbuh di sekitar stasiun kereta api hampir di setiap kota. Contohnya di Bandung, kompleks pelacuran berkembang di beberapa lokasi di sekitar stasiun kereta api termasuk Kebonjeruk, Kebontangkil, Sukamanah, dan Saritem. Di Yogyakarta , kompleks pelacuran didirikan di daerah Pasar Kembang, Balongan, dan Sosrowijayan. Di Surabaya, kawasan pelacuran pertama adalah di dekat Stasiun Semut dan di dekat pelabuhan di daerah Kremil, Tandes, dan Bangunsari. Sebagian besar dari kompleks pelacuran ini masih beroperasi sampai sekarang, meskipun peranan kereta api sebagai angkutan umum telah menurun dan keberadaan tempat-tempat penginapan atau hotel-hotel di sekitar stasiun kereta api juga telah berubah.
          Nah, dari artikel di atas kita sudah tahu akar dan sejarah bagaimana masalah prostitusi tersebut. Lantas bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi masalah prostitusiitu sendiri? Apakah dengan melegalkan industri prostistusi? Dari artikel di atas juga sebenarnya cara melegalkan industri prostitusi dengan membangunkan sebuah lokalisai, memberlakukan cek kesehatan kepada  WTS (Wanita Tuna Susila)/wanita publik/pelacur (istilah kasarnya), melakukan pendataan, pengawasan hingga membuat peraturan-peraturan yang melarang atau tidaknya membatasi industri prostitusi itu semua sudah dilakukan. Namun, toh masalah prostistusi masih berjalan.
          Ini adalah masalah mental, kesadaran, dan budaya. Masalah mental, pemerintah kita patut bertanggung jawab untuk membangun mental masyarakat dengan cara memberikan pendidikan yang layak kepada masyarakatnya agar wawasan, pengetahuan serta keterampilan yang bisa dijadikan pegangan untuk hidup. Lihat saja dunia pendidikan kita sekarang, masih banyak sekolah-sekolah yang tidak layak dijadikan tempat berlangsung belajar-mengajar. Masih banyak sekolah-sekolah yang rubuh, masih banyak juga tenaga didik yang tidak tersebar merata, belum lagi bantuan-bantuan seperti beasiswa atau BOS (Bantuan Operasi Sekolah) yang tidak tepat tujuan atau malah tidak sampai tujuan. Belum lagi ketersediaan lapangan kerja yang sangat-sangatlah berbanding terbalik dengan jumlah populasi penduduk di negeri ini. Sementara masyarakat kita belum sadar akan berwirausaha, meskipun sadar, mereka sudah pasti terbentur pada masalah modal, dll. Sangat tidaklah patut jika masalah sekompleks ini kita hanya menyalahkan pemeritah sepenuhnya. Masyarakat kita, saya, kamu, anda, dan semuanya harus sadar bahwa pelacur bukanlah predikat kerja. Dan yang terlebih penting sekarang adalah kesadaran kita akan bahaya industri prostitusi itu sendiri. Balik lagi, kesadaran dan bagaimana membentuk mental serta karakter tersebut bisa berjalan bila masyarakat kita terbekali dengan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang bisa kita dapat dari pendidikan yang layak dan sehat. Lalu saya menemukan lagi artikel mengenai solusi masalah prostistusi  yang masih berkaitan dengan pendidikan. Dalam metrotv.com tepatnya di rubrik Lifestyle + / Rabu, 21 April 2010 13:39 WIB. Dalam artikel “Meredam Bibit Prostitusi” saya tertarik dengan sebuah pendapat dari Rahayu Dewi Mende, dosen Universitas Negeri Surabaya yang juga seorang aktifis yang memerangi prostitusi. Wanita yang akrab dipanggil Dewi, menerangkan, “Supaya mereka sadar sesadarsadarnya, tidak hanya sadar bersekolah, tetapi juga sadar untuk kelanjutan pendidikan. Kalau sudah punya pendidikan, mereka bisa berpikir bahwa menjadi PSK bukan suatu pekerjaan."
          Demikian sejarah sekilas bagaimana "industri" pelacuran berkembang di negara kita, tidak lepas dari peran "penjajah" negara kita dulu. Sekarang mungkin "praktek" dan jenis pelacuran semakin canggih sesuai perkembangan jaman. Tidak hanya pelacur perempuan, pelacur lelaki juga semakin marak. Yang menakutkan selain meningkatnya resiko penyebaran penyakit kelamin dan AIDS, adalah pelacuran yang dilakukan oleh anak-anak dibawah umur. Inilah yang harus segera diantisipasi oleh pemerintah.


*Dari berbagai sumber.

Smartphone for Smart People? (Oleh : Ari "Ayik" Suryanto)

          Mungkin memang sudah terlambat untuk menyampaikan hal ini, tapi memang sangat perlu hal ini untuk kita paparkan lagi. Mari kita urai masalah ini dari awal, seiring dengan pesatnya perkembangan/kemajuan teknologi yang mau tak mau ikut juga menyeret pada kemajuan aspek lainnya yang masih mempunyai benang yang saling berhubungan. Salah satunya adalah aspek tekhnologi komunikasi yang ditandai dengan semakin mudahnya menggunakan akses internet. Saking mudahnya,kita bisa mengakses internet via handphone.
          Nah, mari kita langsung ke fenomena smartphone. "Smartphone for Smart People". Benarkah? Yakin? Ciyus? Miapah? :p Quote yang benar hanya untuk segelintir orang saja menurut saya. Sekarang banyak orang memiliki berbagai merk, series, jenis, jembut dari smartphone tersebut tanpa memperhatikan segi fungsi, porsi, dan kemampuan. Mereka lebih mengedepankan gengsi. Gadget up to date sama dengan gaul, terus pamer kanan kiri. :D
          Hampir setiap orang kini sudah memegang smartphone. Gadget tersebut memang smart, bekerja layaknya komputer, memberi kemudahan bagi kita dari segi teknologi, khusunya komunikasi. Dari segi fungsi, pastinya bermanfaat bagi kita untuk mengakses apa saja, kapan saja, dan dimana saja. Tentu dengan porsi yang sesuai. Apakah kalian mau menjadi orang yang gagap berkomunikasi secara langsung akibat pemberian porsi berlebih dalam penggunaan smartphone? Seringkali kita jumpai, ketika nongkrong bareng pasti ada dari pengguna smartphone yang justru sibuk dengan gadget pujaannya tersebut. Dewasa ini banyak generasi muda kita yang menjadikan produk-produk canggih tersebut sebagai kebutuhan eksistensi diri, kebutuhan palsu (false need), dan bukan karena kebutuhan sejati. Kebutuhan palsu diciptakan melalui rayuan iklan yang berbarengan dengan  rayuan gaya hidup, gaya bicara, gaya bertingkahlaku, obsesi, dan kebiasaan lainya. Jadi, point yang saya tekankan dan perlu kalian garis bawahi disini  adalah mereka (generai muda sekarang ini) membeli atau mengkonsumsi barang-barang atau gadget-gadget canggih tersebut bukan untuk memenuhi kebutuhan sejati mereka, tapi hanya untuk memenuhi kebutuhan palsu mereka saja dan hanya untuk menunjukan bahwa mereka itu gaul, up to date, modis, keren, dll. Contoh nyatanya, sesorang yang sudah punya Blekberi ingin membeli AyPhone. It’s okay jika kalian mampu, namun akan miris jadinya jika user pecandu gadget tersebut adalah orang yang masih berada dalam tanggungan orang tua. Mereka belum mampu mencukupi kebutuhan hidup sendiri tetapi sudah merengek dan memaksa orang tua mereka untuk membelikan berhala-berhala canggih tersebut. Apakah kalian termasuk di dalamnya? Jadi, apakah benar istilah "Smartphone for Smart People" itu? Silakan nilai sendiri.

Apa Kau Sudah Bangun? (Oleh : Cix Moreno)

          Terkadang saya melihat di sekitar, hidup seakan-akan adalah suatu hal yang mudah di tebak, dan seakan-akan pula banyak orang yang bisa membuat dunianya sendiri. Ada yang bilang ini modernisasi, ini era globalisasi, ini jaman modern, segala sesuatu bisa di akses, bisa dibeli, bisa didapatkan! Benarkah? Hhmm??!!! Kita memang bisa membuat dunia kita sendiri “sekedar kiasan” seperti ketika kita asik dengan telepon genggam/ipad kita, dan kita bisa mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia manapun dan dimanapun kita berada dengan mudah, hanya dengan cara mengakses berita melalui media online. Memang itu terkesan suatu hal yang mengasyikan, dan suatu cara yang menunjukan bahwasanya manusia semakin pintar, “tentu bagus bukan?” Saya rasa itu wajar, karena biar bagaimanapun kita tidak bisa menolak kemudahan-kemudahan itu “bagi sebagian orang”. Tetapi terkadang saya heran, tipis sekali batasan antara maya dan nyata. Bukankah pada dasarnya itu adalah 2 hal yang sangat jauh berbeda, bahkan bisa dibilang mereka berantonim?! Bagai hitam dan putih naturalnya, tapi menjadi hal yang dipaksa kontaminasi oleh jaman dan menjadi abu-abu. Banyak pangkal problematika yang bermula dari media online. Dari hal yang paling konyol semisal adu argumen di status facebook/YM/BBM/twitter, atau saling meng-intrik lewat blogspot pribadi yang bisa di akses siapa saja. Ada yang bilang mencemarkan nama baik, ada yang bilang ini masalah harga diri! Ahh!! Watefak! Bagi saya situs jejaring sosial seperti di atas sekarang sudah sedikit alih fungsi. Siapa yang salah? Medianya? Penggunanya? Retoris jika saya harus bertanya, anda pasti tahu jawabanya. Itu dari segi permasalahan kecil, ada juga yang menjadikan jejaring sosial seperti itu sebagai ajang cari jodoh “wajar sih sebenarnya, karena itu menjadi bagian dari hidup” bahkan parahnya ada yang bisa membeli ideologi dari situ dan maraknya kasus pembajakan karya. Memang saya tidak begitu paham untuk apa jejaring sosial seperti itu dibuat, untuk benefit si owner-owner terkaitkah, atau untuk mempermudah komunikasi, atau untuk apa saya tidak tau, yang pasti alasan itu saya rasa bersimbiosis. Ada kritikus yang berpendapat bahwa media seperti itu malah memisahkan manusia dengan manusia lainya. Tidak begitu juga sih kalau menurut saya, kembali lagi bagaimana kita memberi porsi dalam setiap aktivitas hidup kita masing-masing. Jika semua bisa berjalan seimbang saya rasa itu tidak menjadi sebuah masalah besar. Tapi jika kita begitu menghamba dengan hal-hal seperti itu memang terkadang kita menjadi apatis (autis) terhadap dunia sekitar kita. Hidup yang kita jalani sebenarnya adalah kehidupan yang nyata, dan jangan mengabaikan itu! Bagi orang jaman dulu mungkin kemudahan seperti ini adalah mimpi, dan sekarang mimpi itu menjadi nyata, tapi kita malah asyik bermain di dalam mimpi kita, dan kita terkadang melupakan kehidupan kita yang sebenarnya. Jangan begitu larut dalam mimpi-mimpi seperti itu, karena sejatinya kita sudah diberi kemudahan yang lebih bisa membuat kita mengerti arti kehidupan itu sendiri. Coba buka mata kita, dunia ini luas tidak hanya seluas layar HP yang sedang anda genggam, dan semua hal yang ada di dunia ini adalah bagian dari sebuah proses.
          Saya bukan orang yang anti media atau anti apapun, hanya sekedar mencoba merespon apa yang terjadi di sekitar saya, dan ini sangat saya rasakan, apakah kau juga merasakan? Mungkin sudah, mungkin juga belum. Kenapa kau bingung? Apa kau masih larut dalam mimpi itu? Dan sekarang, apakah kau sudah bangun?

Playlist :
Efek Rumah Kaca - Kenakalan Remaja di Era Informatika
Efek Rumah Kaca - Laki-Laki Pemalu
Efek Rumah Kaca - Lagu Kesepian
Sore - Aku
Sore - Cermin
Sore - Keangkuhanku
Monopolice - Arti Kehidupan
Pure Saturday - Langit Terbuka Luas, Mengapa Tidak Pikiranku, Pikiranmu?
Melancholic Bitch - Mars Penyembah Berhala
Melancholic Bitch - Nasihat yang Baik

Interview with Mooca Caboel

"..We've been blessed with the power to survive, after all these years we're still alive.."


Ceritakan dulu tentang Mooca Caboel, dari awal berdiri hingga sekarang!
          Kisaran 2005, kami : Alby (Encik) - Gitar, Iman (Kece) Bass/Vocal, Nanda (Gundul) - Gitar, Wiwin - Drum. Bicara soal masalah genre musik ya tentu saja kami dari awal hingga sekarang masih memainkan genre musik punk rock. Karena memang kita lahir dari scene punk, hehehe. Dulu scene kami bernama Berondongan Punk yang sekarang menjadi Maladaptif Terror Crew. Dan selama kurun waktu lebih dari 7 tahun, banyak sekali sebenarnya hal-hal yang bisa saya muat dalam zine ini, tapi saya rasa ada yang lebih penting, hehehe. Dan rasanya bicara masalah histori, kami tidak jauh berbeda dengan band-band minor label yang lain, mulai dari show kecil acara kampung (bazar) hingga gigs underground yang menjadi wadah kreatifitas kita semua.

Line up (personil) dari awal hingga sekarang?
          Awal mula band kami digawangi oleh 4 orang dari scene yang sama, seperti yang sudah saya sebutkan di atas. Dan untuk pergantian personil di mulai di awal tahun 2006, yaitu di posisi drumer awal Wiwin, dengan alasan yang tidak harus saya jelaskan di media ini, digantikan oleh Budi, Budi awalnya adalah drumer dari and melodic punk dari kota Solo juga "Kambing Hitam". Kemudian di kisaran tahun 2008, Iman atau Kece pada posisi bassis keluar dengan alasan yang tidak perlu saya sebutkan juga, dan di gantikan oleh Yusuf, vokalis "The Partner". Bertahan hingga beberapa tahun dengan formasi ini kita pikir ini adalah line up terakhir kami, tapi di akhir tahun 2011 Yusuf keluar dan posisi bassis digantikan oleh Tommy yang sampai sekarang masih aktif dengan band d-beat punk-nya "Street Army". Sedikit menambah armada kami di pertengahan 2012 ini kami memasukkan Iwan Prakoso, ex-"Something Suck" sebagai gitaris kami. Hingga sekarang line up kami adalah Alby (Encik) Vocal - Nanda (Gundul) - Gitar, Iwan - Gitar, Tommy (Tombol) - Bass, dan Budi (Capres) - Drum. Dan kami berharap ini yang terakhir.

Influence?
          Berbicara masalah influence, sebenarnya boleh dibilang kami sangat abstrak dalam memilih influence "secara musik", kami coba untuk merespon kejadian di sekitar kami,dan kami sadur ke dalam bait-bait lagu kami. Tapi untuk beberapa band yang sedikit banyak berpengaruh dalam musikalitas kami antara lain Social Distortion, Misfits, Rancid, Bad Religion, Ramones, Black Flag, Dead Kennedys, Crass, G.I.S.M, Anti-Nowhere League, Johnny Thunders & The Heartbreakers, Against Me!, Dropkick Murphys, New York Dolls, Iwan Fals, dan masih banyak sebenernya. Bisa dibilang kita semua cinta musik gitu lah, hehehe.

Diskografi?
EP Against! (2009)
V/A The Gank Is Back (2009)
Split Album with Gerbang Singa (2010)
V/A Don't Let Them Take Over (2011)
4 Way Split Maladaptif Terror Crew (2011)

Dalam waktu dekat ini Mooca Caboel akan merilis full album bukan? Ceritakan tentang album tersebut!
          Yah, benar. Sedikit review tentang album kami yang akan rilis tahun ini oleh Trapin Records, ada 12 track yang akan kami record, tepatnya di Biru Studio. Sedikit beda mungkin dengan beberapa band punk rock sejenis kami, musik kami yang akan kami kemas dalam album ini tidak bertendensi pada apapun, yang pasti lagu-lagu kami menyorot tentang apa yang ada di sekitar kami. Alam, politik, pertemanan, cinta, perdamaian, dan yang pasti tentang kebersamaan dalam koridor sebuah komunitas. Dan di album ini kami mencoba berkolaborasi dengan beberapa musisi lokal dari kota Solo sendiri. Diantaranya, Meisinta ,dia adalah seorang penyanyi classic rock yang kami paksa menyumbangkan suara merdunya dalam satu lagu yang berjudul Aku, Tuhan, dan Semesta. Kemudian ada Tedjowulan, notabenenya dia bukanlah seorang penyanyi sih, tapi gak ada salahnya ketika saya harus melibatkan dia di dalam salah satu lagu kita yang berjudul Kita Selalu Bersama, karena kita memang bukan sedang mencari/mengaudisi penyanyi sih. Dan berikutnya di dalam lagu yang berjudul Konsolidasi Harga Mati kami berkolaborasi dengan Catur, vokalis The Obstinate, sebuah band crust punk, dengan alasan kita ingin menambah sentuhan crust dalam lagu ini. Berikutnya dalam lagu Muda Penuh Ambisi kita berkolaborasi dengan Wahyu Mbelek "Sampah Pribadi", kebetulan dia adalah pencipta lagu ini. Dan masih banyak yang akan kita sajikan dalam album kita ini, tunggu saja albumnya, dan respon balik ya? 

Akan ada berapa lagu? Sedikit minta bocoran, ceritakan juga tentang satu atau beberapa lagu baru yang akan keluar dalam full album kalian!
          Pertanyaan nomer lima saya rasa sudah mewakili jawaban saya untuk pertanyaan yang ini, hehehe.

Lalu, tentang scene/komunitas/kolektif tempat kalian lahir dan tumbuh, Maladaptif Terror Crew. Apa makna dari nama Maladaptif Terror Crew itu sendiri?
          Nama ini sebenarnya bisa kalian buka atau bertanya pada kawan-kawan yang kebetulan mendalami dunia psychology. Bukan arti sebenarnya yang kami gunakan disini, ada beberapa hal yang hampir mirip dengan pribadi kawan-kawan saat itu seperti sensitif terhadap kritik, individu tidak bias merespon secara positif terhadap koreksi, juga tidak dapat mengkritisi diri sendiri, individu hanya mau berkompetisi dengan kawan yang jelas dapat dikalahkan. Ya, itu sebenarnya hanya sekedar sarkasme untuk orang-orang yang "mungkin" mengalami pribadi seperti itu, dan kami mencoba meng-counter situasi tersebut, dalam scene kami.

Maladaptif Terror Crew (MTC) adalah sebuah scene/komunitas/kolektif yang cukup aktif di kota Solo, aktivitasnya pun beragam. Tentu ada tujuannya bukan? Apa saja? Sebutkan!
          Sebenarnya jika berbicara masalah movement, kami tidak jauh berbeda dengan scene-scene yang lain. Seperti masih aktif dalam gigs "do it yourself", seperti apa gigs do it yourself (DIY)? Saya rasa tidak perlu ber-eksplanasi panjang lebar di sini. Kegiatan lain seperti Food Not Bombs (FNB) yang masih rutin kami lakukan setiap 1 bulan sekali. Tujuan? Tujuan dari aksi itu bukan semata-mata karena kami ingin berbagi atas nama "PUNK", lebih dari itu kami melakukan itu atas dasar kemanusiaan, kepedulian terhadap sesama. Aksi yang lain yang pernah kami lakukan antara lain, aksi penghormatan pejalan kaki, dengan turun ke jalan dan memberikan himbauan terhadap para pengendara motor untuk lebih taat terhadap pejalan kaki. Berikutnya aksi reboisasi atau yang kami sebut dengan "green vacation", aksi penanaman pohon di daerah yang bisa di bilang sangat membutuhkan reboisasi itu sendiri. Dari mana dana kita untuk melakukan aksi itu? Tidak ada sama sekali campur tangan sponsor/media dalam setiap aksi kami, semua murni kita kumpulkan dari dana kolektif kita bersama baik dari kawan-kawan MTC atau semua volunteer yang terlibat dalam aksi-aksi kami.

Pendapat tentang pandangan negatif terhadap punk?
          Haha, itu masalah kolosal! Saya rasa stigma yang dibikin orang terhadap punk itu, sudah ada ketika kita mengenal adat istiadat di kota yang saya tempati saat ini, mungkin juga di kota lain. Punk negatif, mabuk-mabukan, radikal, gembel, atau apalah judgement orang terhadap punk, saya sedikit apatis masalah itu. Kita tidak bisa mendikte orang untuk merubah citra dan stigma orang terhadap punk itu sendiri. Sekarang jika kita selalu berfikir bahwasanya semua hal yang luarnya negatif pasti dalamnya negatif, itu konyol! Menjadi pelajaran untuk kedua pelaku dalam kasus ini, masyarakat dan punkers. Orang semakin pintar untuk menilai suatu hal, jadi jika memang kita ingin membuktikan bahwasanya stigma itu salah, tunjukan dari individu kita sendiri dulu. Banyak esensi positif yang bisa kita dapatkan dari empat huruf pembangkangan itu sendiri, "P.U.N.K" Jadi, apapun judgement orang terhadap kita, tanggapi dengan positif, karena kekerasan bukan solusi untuk memecahkan sebuah masalah! berfikirlah pintar!

Pesan-pesan untuk pembaca? Oh iya, tambahkan pula kalau ada yang perlu ditambahkan, terutama informasi tentang album baru kalian!
          Untuk para pembaca, saya rasa jangan hanya sekedar mengkoleksi zine atau apapun untuk perbendaharaan pola pikir kalian. Karena parahnya itu akan bisa jadi doktrin yang salah jika kalian tidak bisa memahami esensi dari setiap bait yang kalian baca. Making zine threat again! Share ke temen-temen kalian, make friend not war! Untuk album baru kita saya rasa review di atas sudah cukup untuk mewakili seperti apa album kita yang akan rilis tahun ini. Matur suwun, making punk threat again, don't make the punk for violence! Oi!

Interview with Solo Pop Punk


          Solo Pop Punk, sebuah komunitas yang belum lama terbentuk. Menjadi sebuah wadah bagi para Po-Punkers di kota Solo pada khususnya. Kali ini adalah sebuah interview dengan salah satu member sekaligus founder Solo Pop Punk, Dimas, drummer dari Plunktone.

Kenalan dulu dim, apa dan siapakah Solo Pop Punk?
Solo Pop Punk itu suatu komunitas musik yang terdiri dari sebagian besar orang-orang Solo pecinta musik pop punk pastinya. Kami terdiri dari band maupun beberapa individu sebagai penikmat musik pop punk dan penyemangat (support) semua teman pop punk di Solo ataupun sekitarnya.

Kapan berdirinya Solo Pop Punk?
Tanggal 09 Juni 2012

Apa yang mendasari berdirinya Solo Pop Punk? Dan siapa yang memeloporinya?
Yang mendasari kita yaitu rasa kepedulian alias niat'an kita semua untuk mengembangkan dan menguatkan musik pop punk terutama di Solo dan semakin berkembang biaknya band beraliran pop punk di Solo.

Sebutkan visi dan misi dari Solo Pop Punk!
Visi dan Misi Solo Pop Punk adalah men-support apapun soal pop punk di wilayah Solo maupun sekitarnya. Seperti support karya band-band beraliran pop punk, mengembangkan karya musik dari keluarga Solo Pop Punk, memperat silaturahmi antar pecinta pop punk, saling bertukar pikiran soal pop punk, dan masih banyak lagi.

Sebutkan band-band yang sudah menjadi anggota keluarga Solo Pop Punk!
Plunktone, Hai Nama Saya Brenda, Descender, Hot Afternoon, No Perfect, After School Before Sunset, Hello Morning, Rise Team Fun, Hello Sucker Punch, Shit!!! You Awesome, After Youth, Wild Race, Nothing Memory, Roccaberry, Sunday Late Dinner, All The Kid, Having Fun, dan masih banyak lagi.

Ada persyaratan tertentu ngga nih buat masuk jadi anggota solo Pop Punk? :p
Kalau syarat khusus sebenarnya tidak ada, tapi buat teman - teman yang berminat gabung sama kita juga harus paham betul apa dasar tujuan kita & apa Solo Pop Punk itu.

Beberapa waktu lalu, Solo Pop Punk berhasil mengorganisasi sebuah gig dan aksi Food Not Bombs. Ceritakan bagaimana suka dukanya!
Kita bersyukur dan tak menyangka juga bisa mendapat hasil yang istimewa seperti itu, padahal di usia yang terbilang masih dini. Sukanya kita semua bisa menyampaikan apresiasi yang terkonsep apalagi bertema budaya. Bisa berbagi dengan sesama. Dukanya kita mengorbankan waktu, tenaga, dan materi. Tapi semuanya demi Solo Pop Punk serta Kota Solo.

Apa makna slogan "Kita Muda dan Berbudaya" di gig perdana Solo Pop Punk?
Kita Muda dan Berbudaya itu bermakna bahwa Solo Pop Punk sebagai anak-anak muda tidak hanya sekedar mengadakan event musik tapi bisa mempersembahkan musik beraliran pop punk mampu cover lagu-lagu Jawa yang sudah terkonsep dan mengenakan pakaian batik dengan maksud memantapkan tema berbudaya itu sendiri.

Kalo ngumpul-ngumpul biasanya kapan dan di mana?
Kita biasa kumpul setiap hari Jumat sekitar jam 21.00 malam di Wedangan Kijo (depan Lapangan Kota Barat).

Pesan-pesan atau salam-salam mungkin buat para pembaca?
Saya mewakili Solo Pop Punk alias saya sebagai pelopornya (kembali ke pertanyaan nomor 3). Pesan buat semua pembaca, teruslah membaca dan carilah ilmu sejauh mungkin. Karena di berani bermusik itu juga harus mempunyai amunisi banyak ilmu.

Contact Person : 085647527245 - 088806719148
Twitter : @SOLOPOPPUNK

Sound of Ska #4 - Sound for Animal

Riwayat Sound Of Ska
          Sound of Ska adalah sebuah acara rutin bagi penggemar musik ska yang sebelumnya sudah digelar tiga kali, terakhir tahun 2002. Setelah sekian lama vakum, acara keempat kembali dihadirkan pada tanggal 29 September 2012. Sebelumnya, acara ini merupakan hasil dari gerakan kolektif tokoh-tokoh penggiat scene ska lokal Jogjakarta, namun Sound of Ska #4 kali ini diselenggarakan oleh organizer baru bernama Chipez Production bekerjasama dengan Doggyhouse. Bila sebelumnya acara Sound of Ska hanya digunakan sebagai ajang berpesta bagi para penikmat musik ska, maka tema yang diangkat pada Sound of Ska #4  tahun 2012 ini adalah Ska for Animal, yakni sebagai gig yang berusaha menyampaikan pesan animal welfare. Dimana hasil dari penjualan tiket akan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan satwa-satwa terlantar.


Review Gig : Sound of Ska #4
          Bertempat di venue yang letaknya cukup strategis dan memang sering digunakan untuk berbagai macam gig maupun event tertentu, yaitu Jogja National Museum atau lebih akrab disebut JNM. Sound of Ska #4 melibatkan band-band dari berbagai daerah seperti The Authentics (Jakarta), Don Lego (Bandung), Youngster City Rockers (Malang), Aimee (Semarang), serta band-band tuan rumah seperti Shaggydog, Apollo 10, Bravesboy, dan Sri Plecit. Dengan HTM yang cukup terjangkau, pre-sale 12K dan on the spot 15K, tentu mampu menarik audience sedemikian banyaknya, tak hanya dari Jogja namun banyak pula yang datang dari berbagai daerah. Yang sudah pasti menjadi ajang reunian bagi para pecinta musik ska. Pintu masuk tiket dijaga dengan ketat, penggeledahan dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dimulai sekitar pukul 7 malam, dibuka oleh aksi dari band tuan rumah, yaitu Sri Plecit dan Bravesboy. Penonton mulai memenuhi lantai dansa. Lalu disambung oleh Aimee dari Semarang, membawakan alunan sweet ska & rocksteady dengan duo female vocal. Youngster City Rockers dari Malang menyusul dengan powerful ska-punk yang menjadi ciri khas mereka. Lalu, disuguhkan pula gabungan irama ska, British, and Sundanese yang menjadi ciri khas Don Lego, Bandung. Sayangnya, ketika crowd di lantai dansa mulai ramai justru terjadi hal yang tidak diinginkan, perkelahian. Kembali band tuan rumah yang berkesempatan tampil, yaitu Apollo 10, crowd semakin ramai dan sing along semakin meriah dengan lagu-lagu andalan mereka. Disusul The Authentics dari Jakarta, dimotori eks-personil Jun Fan Gung Foo (RIP) yang dulunya juga pernah menginjakkan kaki di panggung Sound of Ska. Ditutup dengan Shaggydog, band yang menjadi duta untuk mengkampanyekan perlindungan orang utan. Sangat disayangkan, sampai penampilan band terakhir masih saja terdapat beberapa adegan perkelahian, meski semuanya dalam skala kecil dan mampu dikendalikan. Semoga di lain waktu mampu terhindar dari insiden-insiden kampungan semacam ini. Acara selesai, dan semua pulang dengan damai. Oh iya, salut untuk semua yang telah membeli tiket masuk acara Sound of Ska #4, berarti secara tidak langsung telah membantu meningkatkan kesejahteraan dan mempertahankan kelangsungan hidup sat-satwa yang ada di sekitar kita.

Interview with Occupation Decay


          Kembali meng-interview band lokal, kali ini ada barisan noise/grind dari Ungaran yang berdiri sejak 2006, Occupation Decay. Dan saya berkesampatan mengajukan beberapa pertanyaan kepada sang mikroponis, Anom Baskoro AKA Bandhot.

Apa kabar? Occupation Decay lagi sibuk apa nih?
Baik-baik mas Bagas. Heheheh.

Pernah bongkar pasang personil? Atau masih solid dengan personil tetap sejak 2006?
Pernah mas. Ya karena satu dan laen hal, dan karena kurang sepaham juga. Hehhe.

Ceritakan suka duka yang pernah dialami Occupation Decay dari awal berdiri hingga sekarang!
Suka, sukanya tak terhingga hahha, dari subtansi mana aja heheh. Alcoholnya, temen-temen yang udah support kita, bikin materi baru, dan yang pasti nambah saudara mas. Duka, pas lagi bokek tapi pengen ngejam, hahaha. Dan yang paling bikin kesel, di saat perform, ada yang berantem ga jelas.

Sebutkan diskografi Occupation Decay!
2011 : First Demo "Untuk Kalian" berisi 7 lagu include intro dan outro.
2012 : "Lakukan Atau Tidak" Kompilasi. Kompilasi atas kerjasama temen-temen dari Bogor dan temen-temen dari slowXfast (Semarang Fastcore).
2012 : Illegal Split "Sounds of Blast". Occupation Decay VS Genocide (Jogja).

Bisa diceritakan tentang arti logo anti-music/anti-sound?
Hampir seluruh band-band noise pasti pakai lambang itu. Untuk saya pribadi, yaitu perlawanan ke major label. Di major label sendiri kita dituntut untuk memenuhi selera pasar (bukankah itu pembunuhan karakter namanya). Sedangkan apa yang mayoritas orang suka, kami belum tentu suka, heheh. Ya intinya, Raw! Heehehe. Tapi itu buat saya mas, ga tau kalau pemikiran orang lain, hehehe.

Anda satu-satunya skinhead di band ini. Dan pada umumnya skinhead hanya memainkan musik Jamaika (ska, rocksteady, reggae, dan semacamnya), atau Oi!/Punk Rock, dan paling banter oldschool hardcore. Bagaimana tanggapan anda tentang skinhead di sebuah band grindcore seperti anda ini?
Kenapa ada skinhead di band noise? (Dalam hal ini, saya) Skinhead, sebuah subkultur atau way of life dari kelas pekerja (yang saya kira mas bagas pasti udah tau, hehe) Jadi, skinhead bukan genre. Dan saya tetap mencintai musik-musik dari roots itu sendiri (ska, reggae, oi!, hc) Saya mengenal subkultur ini pertengahan 2007. Dan band saya sudah ada sejak 2003. Kenapa di sini saya sebut 2006? Karena itu tahun pertama OD perform (sebelumnya ga pernah niat perform, maklum bukan musisi, hehe)

Terakhir, bagaimana tanggapan anda tentang segala hal yang berbau hardcore dan metal yang sepertinya sedang nge-trend di kalangan anak muda akhir-akhir ini?
Hehehe, hc dan metal yang mulai merebak. Di sini saya melihat, dari kakak-kakak senior yang jelas ikut andil besar dalam perkembangan trend yang ada di hc dan metal. Senioritas dan doktrin artis-artis hc dan metal begitu kuat, hingga pemikiran yang berbau profit dan modus vagina sangat kental akhir2 ini. Buat kami ya senioritas ngentot!!! Berkedok membesarkan scene, tetapi ujungnya modus dan duit juga.

Friday, November 2, 2012

Bugil Bareng #2 (Forum Diskusi, Akustik Perform, Bedah Karya Tulis, dan Pameran Foto Gigs)


Sekedar Himbauan!
Berhubung venue show ini sedikit berbahaya (ekstrim) maka dianjurkan buat teman-teman yang datang dalam show ini agar :
1. Usahakan tidak mengkonsumsi alkohol/apapun yang sekiranya dapat menggangu keselamatan anda di atas jembatan penyeberangan. (bukan bermaksud untuk meng-eksklusifitaskan show ini dengan non-alkohol) melainkan untuk antisipasi keselamatan kita bersama.
2. Berhubung kondisi jembatan yang kurang baik, kami bermaksud melakukan sedikit renovasi yang akan dilakukan sebelum dan sesudah acara, dan buat teman-teman diharap kerelaan nya untuk membantu aksi ini. 
3. Saat di atas jembatan kami menyediakan asbak dan tempat sampah agar teman-teman sadar bahwa di bawah kalian masih banyak orang yang lalu lalang di bawah jembatan "mengingat ini jalan umum" dan agar tidak menggangu kenyamanan orang yang melintas (buang sampah di tempat yang kami sediakan dan jangan sembarangan membuang puntung api rokok kalian)
4. Kami menyediakan akses untuk naik ke atas jembatan hanya dari satu titik, mengingat jembatan yang kami tutup akses nya, kondisinya sudah sangat parah, dan mengantisipasi hal-hal buruk yang kemungkinan terjadi.
5. Kami menyediakan lahan parkir untuk kalian yang datang menggunakan transportasi kendaraan pribadi, jadi tolong di parkirkan sesuai dengan ruang yang sudah kami sediakan.

Semoga dengan kerjasama kita bersama acara ini dapat berjalan dengan lancar.

------- Terima Kasih -------