Thursday, August 30, 2012

Uneg-Uneg Seputar Gigs

          Gigs adalah tempat dimana bertemunya seluruh aspek dari berbagai scene/komunitas/kolektif, band, dan personal yang saling berekspresi serta berapresiasi atas karya-karya yang ada. Bukan sekedar pertunjukan musik, gigs juga menjadi ajang reuni dan silaturahmi bagi pihak-pihak yang long time no see. Di sana kita juga menemukan deretan lapak yang menyajikan berbagai macam merchandise. Pada gigs tertentu, terdapat pula pameran artwork atau semacam poster, dan sejenisnya. Dari semua varian keindahan tentang gigs tersebut, saya mencoba mengutarakan uneg-uneg, menguak kesalahan, mungkin juga kelucuan yang terjadi di gigs. Entah faktor internal maupun eksternal, saya coba kupas pada poin-poin di bawah ini.

Sok Jagoan dan Kampungan
          Ini yang biasa terjadi di sekitar kita. Hampir di setiap gigs, apapun genre musiknya, pasti ada saja adegan-adegan perkelahian, baik dalam skala kecil maupun besar. Faktor-faktor yang memicu perkelahian biasanya adalah tersenggol-nya sesorang ketika sedang ber-pogo/mosh/dance. Sebagian dari mereka lose control akibat terlalu terpengaruh minuman keras/obat-obatan. So, drink responsibly! Selain itu, ada juga yang berkelahi atas dasar menyelesaikan masalah pribadi/dendam lama dengan pihak lain di sebuah gig. Orang-orang sok jagoan dan kampungan semacam itu benar-benar salah tempat.

Band-Band yang Tidak Disiplin
          Terdapat banyak kasus tentang ketidakdisiplinan band. Antara lain, ada sebuah band yang mendapat jatah tampil di awal acara, tetapi mereka sengaja datang terlambat, mencari waktu yang enak untuk tampil. Hal ini benar-benar menghambat jalannya sebuah gig. Bukan hanya yang tampil di awal, bagi semuanya saja. Mungkin bukan menjadi suatu masalah, jika band-band di urutan rundown berikutnya sudah siap dan mampu mengisi kekosongan ini. Jika tidak, waktu akan molor, dan band-band berikutnya terancam pemotongan durasi. Bahkan ada yang sampai batal tampil karena keterbatasan waktu. Merugikan yang lain bukan?

Faktor Organizer
          Kesalahan-kesalahan tidak hanya datang dari audience dan performers. Pihak-pihak penyelenggara sebuah gig (sebut saja di sini sebagai organizer) juga punya beberapa poin-poin kesalahan. Dari hal-hal yang wajar dan mendasar, sampai yang berbau kelucuan. Pada umumnya, kesalahan yang biasa terjadi seperti kurangnya persiapan yang matang dari organizer. Sehingga banyak hal sepele yang terlupakan dan berjalan kurang maksimal. Entah itu sistem kepanitiaan dan pembagian tugas, venue, alat, sound, mungkin juga perijinan dan keamanan, sampai publikasi. Imbasnya, gigs menjadi berjalan tak sesuai dari yang diperkirakan. Di samping hal-hal tersebut, saya pernah mendengar dan melihat langsung kasus-kasus yang saya rasa lucu dari beberapa organizer gigs. Sebagai salah satu contoh, band teman saya pernah mendapat tawaran untuk berpartisipasi secara kolektif dalam sebuah gig. Okay, but that's fuckin' funny! Mengapa? Karena, katanya semakin besar dana kolektif yang diberikan, semakin besar pula ukuran logo/font band yang tertera dalam pamflet. No comment lah, cukup tertawa saja. Lalu, ada pula organizer yang terlalu profit-oriented. Sewajarnya, tidak perlu terlalu mengharapkan keuntungan finansial dari sebuah gig, toh dana yang terkumpul sebaiknya juga dikembalikan ke scene/komunitas/kolektif, demi kepentingan bersama. Atau mungkin digunakan untuk gigs berikutnya, bukan untuk konsumsi pribadi.

Aparat Rakus
          Biasanya berlaku di gigs yang menggunakan ruang-ruang publik seperti gedung pertemuan, aula, dan semacamnya. Proses pengorganisasian gigs di tempat-tempat tersebut membutuhkan perijinan sewa tempat dan keamanan. Birokrasi semcam ini harus melalui pihak yang berwajib, pada umumnya kepolisian. Di kantor polisi ketika mengurus perijinan, kita sudah diharuskan memberikan uang dengan nominal tertentu. Tetapi, mengapa ketika gigs berlangsung beberapa personil polisi yang hadir untuk mengamankan jalannya acara terkadang masih meminta uang tambahan? Yang katanya buat beli pulsa atau rokok.

          Sedikit atau banyak, pasti masih ada lagi kesalahan dan kelucuan seputar gigs yang belum tersampaikan oleh tulisan saya. Hanya sebatas uneg-uneg atas apa yang terjadi di sekitar kita, bukan bermaksud menggurui. Karena saya pribadi juga bukan manusia yang tak luput dari kesalahan. Dengan adanya poin-poin yang saya berikan di atas, saya berharap kita semua, tanpa terkecuali, mampu belajar dari kesalahan dan mengintrospeksi diri masing-masing.

Tuesday, August 28, 2012

Data dan Fakta tentang Not For Child, Dedengkot Band Ska Kota Hujan

          Beberapa data dan fakta mengenai Not For Child ini sengaja dirangkum dari percakapan melalui sebuah grup radio online, Semarang Ska Fest Music Radio. Tak begitu banyak memang, namun diharap bisa memberikan informasi tambahan tentang dedengkot band ska asal kota hujan, Bogor ini. Berikut rangkuman dari tulisan Yudi Pongo, salah satu personil NFC.
NFC's Artwork
          Dulu, Not For Child (NFC) adalah salah satu grup yang terbentuk dari sebuah tongkrongan yang bernama Matahari Squad, saat ini berganti nama menjadi Matahari Rudeska Rainytown. NFC terbentuk tahun 1998, dimana saat itu musik ska sedang booming di Bogor. Sebenarnya, saya (Yudi Pongo) tahun itu belum masuk Not For Child, band saya waktu itu adalah Skinny Dolls. NFC sendiri awalnya ter-influence dari Operation Ivy. Personil awalnya adalah Tenyom dan Beny di vokal, Must di bass, Popo di drum, dan satu lagi yang megang gitar daritadi saya nyoba inget-inget tapi ga berhasil euy. NFC mengeluarkan mini album pertama pada tahun 2000. Nah, nama mini albumnya juga lupa. NFC waktu itu sempet vakum karena faktor pekerjaan, kuliah, dan jail. Lalu, waktu tahun 2004 baru deh saya (Yudi Pongo) masuk ke NFC. NFC baru mengeluarkan 3 album. Dan sekarang personil NFC adalah saya (Yudi Pongo) pada gitar sebelah kiri, Agung pada gitar sebelah kanan, Must pada bass, Tenyom pada vokal, Ikbal pada keyboard, dan Asa pada drum. Sebenernya masih banyak yang belum diketik. Misalnya tentang Drummer kedua kami, Japra Distortion, yang kami sayangi meninggal akibat kecelakaan, terjatuh dari lantai 12 sebuah hotel. Dan yang paling baru adalah, malam minggu kemarin bassist kami ditusuk oleh oknum aparat yang rese. Tolong bantu doanya ya, supaya cepat sembuh, si pelaku cepat tertangkap, dan diadili sesuai hukum yang berlaku.

*More Info :
Facebook Page : not for child
Twitter : @NFC_RAINCITYSKA

Wednesday, August 22, 2012

Interview with Chris Murray

Chris Murray at New York, 1996
          Chris Murray adalah salah satu dari sekian banyak musisi ska/rocksteady/reggae yang saya idolakan. Memulai karir di kisaran akhir tahun 80-an, mantan vokalis King Apparatus (band ini sekarang sudah bubar) tersebut kini ber-solo karir dan juga bermain dalam trio Chris Murray Combo. Ia juga pernah berkolaborasi dengan band-band seperti Firebug, sampai The Slackers. Gitar akustik, kadang bermain harmonika, serta suaranya yang khas menjadi ciri yang menonjol darinya.
          Beberapa waktu yang lalu, saya beruntung bisa berinteraksi dengannya. Berawal dari pesan yang saya kirim ke akun facebook pribadi Chris Murray, berisi ajakan untuk mengadakan sebuah interview yang akhirnya saya post di halaman blog ini. Awalnya, saya tak menyangka kalau pesan saya akan dibalas. Dan ia mengajak kontak lanjut via email. Lalu, saya kirim beberapa pertanyaan untuk Chris Murray, sekedar berisi tentang hal-hal yang saya ingin tahu. Cukup lama dan tak sabar saya menunggu balasan, tiap hari tak lupa saya membuka kotak masuk email, berharap balasan atas pertanyaan-pertanyaan saya tersebut telah dikirim. Setelah sekitar dua pekan, akhirnya dikirimlah balasan darinya. Banyak informasi yang saya dapat dari interview ini, mulai dari karir Chris Murray, scene ska di tempat ia tinggal, proyek yang sedang ia kerjakan, sampai tips membuat lagu. Chris Murray juga menyatakan keinginannya untuk bermain di Indonesia. Selamat menyimak interview saya dengan Chris Murray, semoga bermanfaat!

Who are the people or figure who inspire your musical career?
          I think the most important musical influences in my life have been my family.  My grandmother had a Hammond organ and a Leslie speaker. She would mostly play church music on her organ, and the sound of a Hammond with a Leslie speaker is something I have loved since being a very young child.
          My parents were both school teachers, but very musical. They both play piano and sang i choirs. My mother played violin and my father played guitar. When I grew up there was always music at home, and playing music has always been a natural part of my life.
          When I was a teenager I was a counselor at summer camp, and that's where I really got my earliest experiences standing on a small platform playing guitar and singing, and encouraging everyone to sing along. Really, this is exactly the same as what I do today, except that I am mostly singing songs I have written.

Why do you choose a solo career, just trio with your Combo band, and not making a full band like your previous band King Apparatus?

Chris Murray Combo
          When King Apparatus ended I had been in that band for about eight years, and it was a lot of work and responsibility making sure six people were making a living. So, when the band stopped working as a solo artist left me with a lot of freedom to do whatever I wanted to do, and whatever was right for me rather than what the band needed to do to keep working.
          Chris Murray Combo developed in a very casual way here in LA. I was performing regularly at Bluebeat Lounge as a solo act, then Ben Farrar started playing drums with me. It wasn't something we discussed, it just started to happen and has continued. A few months after Ben joined me, we asked Jef Roffredo (now in The Aggrolites) to play bass with us for one show, and he stayed with us for a year. When Jeff left to join Tiger Army for a tour, Chiquis joined the combo and has been with the group the last eight years.  Through all the time of the combo things seemed to happen on their own somewhat, and things that were working we kept doing.
          For me, Chris Murray Combo feels very much like a full band. I love other instruments, but what I love most is a good rhythm section and good vocal harmonies. Whenever we play it always feel very complete to me. Sometimes we will have a guest join us, and that's always cool, but when it's the three piece band I never find myself thinking there should be anything more. Having only three people in the group keeps it easy to organize. We all make our living fully from music, so fewer people makes that easier too.

You’ve played through the world. Someday, would you wanna play here in Indonesia? I think it would be awesome.
          I would love to play in Indonesia!!

Is there any requests from persons or event organizer who want to invite you to play in Indonesia?
          I've been talking to some people in the Indonesia ska scene on Facebook, and I know there is good interest there for me to come a perform. I think it will happen when the time is right. I am ready to come!

Where’s the place that you feel most memorable of your wold tour?
          This is a very hard question because I've been many very cool places. I love Japan and Brazil very much. I love England and Mexico. A couple of years ago I went to Australia and New Zealand, which is an especially beautiful country. I think I have never been to a place I didn't like.
          What I like most about touring, beyond sharing my music with people, is seeing how life is in different places, how it is different and how it is the same. More and more the world has become one place for me.

I thought you belong to any ska scenes, tell me the differences about it between Canada and LA!
          Because Canada and Britain are very closely connected culturally (even more when I was growing up than now), when Two Tone hit it made a big impression in Toronto, the largest English speaking city in Canada, where I grew up.
          When I first started coming to LA in 1993, the traditional ska/rock steady scene had started and I was amazed to see it, and knew it was something very special that I wanted to be part of. I had toured all around North America and never seen bands trying to re-create the original sound the way many bands were doing in LA. Even though King Apparatus was mostly playing modern ska, I had already started writing in a more roots style and the band was playing songs like Rock Steady and So Many Roads that I still play at most shows today.
          Although the authentic sound has now spread around the world, the biggest scene I know for that music has always been in LA, and that is a big part of the ska scene here still, although there truly are several ska scenes in southern California, which sometimes mix and sometimes keep separate.
          As the roots sound has spread through the ska world, it has also become a big part of the Canada ska scene, although I think the influence of Two Tone and third wave ska it still very strong there. Canada is a huge country with not so many people and big distances between major cities, so I find that in Canada people in the ska scene are more connected with the national scene because there are not so many bands as there are in some countries with bigger population. And bands playing different styles of ska play shows together much more than happens in LA.

I love the way you wrote song lyrics. Any tips for create a good lyric?
          Thanks! To me, the most important part of writing songs is to say something honest and true that I feel personally and that can relate to everyone's lives. I try to write songs that are general in theme so that people can interpret the message and how it relates to their own lives in their own personal ways.
          The best songs for me are ones that communicate a truth that anyone will feel no matter who they are or what they think about politics, no matter what their culture. Everyone loves freedom and happiness. Everyone needs love. Everyone feels joy and sadness. Everyone wants to feel hope for a better tomorrow.
          As far as actual lyric writing, I try to keep the words simple even when the ideas are more complicated. Sometimes the less that is said, the more that is said. When I'm writing a song there will come a time when a lyric and melody stick in my head, and this is when I know the song can stay in the mind of another listener.

What’s your latest musical project? Record a new album? Tell me a lil strory ‘bout it!
          For the last year Chris Murray Combo has been making our second album in a 16 track analog home studio I created last summer. Because I travel a lot and the other band members also have busy lives, it has taken a while to finish our album, but I think this has been the best way for us to work on this album, without feeling pressure of deadlines, making music that we think sounds cool and spending the time we feel is needed to get good results.
          For this album we decided to record all new original material, which has also made recording slower because we are learning the songs as we record. When we made Why So Rude we knew we didn't have much time to record so we chose songs that were working well on stage at the time that we knew we could make good versions of quickly. With the new album we have been writing bass parts after the drums have been recorded, and we figure out the vocal arrangements after the instruments are recorded.
          As well, I have become much better with operating the studio equipment. It has been a learning experience every step of the way. Once we have fully completed making this album I know we will understand how to make great tracks much more quickly than we have been doing right now.
          I'm very happy with how the album is sounding. I think we will have one more singing session this week and then all the vocals for the album will be finished!
          We've already shot two videos with a Russian film director, who is a fan. He has started to edit the videos, and I think they will be ready by the time we're ready to release out album.  The videos are going to look very cool!

Recommend me some music albums or releases that you currently listened!  Also include non-ska/other Jamaican music that you love to listen!
          Here are some Jamaican albums that I really love. If I could only listen to three albums for the rest of my life, these would be my picks!
1. The Upsetters - Super Ape
2. The Skatalites - Stretching Out
3. The Ethiopians - The Original Reggae Hitsound
          As I grew up I listened to many styles of music, but roots music has always been a favorite for me so, although mostly I listen to old Jamaican recordings these days, I still enjoy listening to old blues and folk recordings. I love the sound of a great band making music live, and older recordings have this quality much more than modern studio recordings tend to have.

Any last words for your fans in Indonesia also ska fans around the world?
          It is always exciting to me to learn about a ska scene that is very active in a place where I did not know there was a ska scene at all. In the last two or three years I have learned about the Indonesia ska scene, and it seems to be very exciting. That people in places I have never been are enjoying music I make really makes me happy, and especially to see clips of bands playing their versions of my songs to crowds who know the songs and are happy to hear them live. I am very excited to come to Indonesia to perform whenever it happens!

Hi, thanks for the interview. I hope to meet you in Indonesia one day!!

Peace,
Chris

Saturday, August 18, 2012

Tanya Jawab bersama Milisi Efek Nuklir, Suburban D-Beat/Noise/Raw


          Kali ini, saya berkesempatan mengadakan sesi tanya jawab, istilah mentereng-nya interview dengan saudara Bagus PW alias Beghe (@beghe_), personil dari band D-Beat/Noise/Raw asal Sragen, Milisi Efek Nuklir (MEN). Lemparan pertanyaan demi pertanyaan sederhana telah saya ajukan, dan bagaimana jawabannya? Mari kita simak!

Tolong ceritakan tentang awal berdirinya Milisi Efek Nuklir (MEN) hingga sekarang! Semacam perkenalan buat para pembaca.
          Milisi Efek Nuklir terbentuk atas kebosanan kami akan musik monoton yang berkembang di sekitar kota kami yang selama ini terkesan musiman. Terbentuk di scene pinggiran kota Sragen, Massaba Fight Collective (MFC), saya dan Wawan mencoba mencari-cari partner yang seminat sejak lama, namun baru pada pertengahan Oktober 2011 kami bisa mengajak Rajah untuk bergabung. Berbekal skill seadanya, kami mencoba bertahan dari gerusan trend-trend dunia yang semakin menjamur. Sampai sekarang kami masih solid dengan line up Beghe (Guitars/Vocal), Rajah (Bass), dan Wawan (Drum) dengan mengusung D-Beat/Noise/RAW.

Di balik nama Milisi Efek Nuklir pasti ada makna tertentu, ceritakan seperti apa filosofi nama MEN!
          Susah dijelaskan dengan kata. :D Milisi Efek Nuklir mungkin adalah kata-kata yang menjelasakn bahwa kami adalah sebagian dari sekian banyak orang di dunia yang ingin menyerukan ketidaksetujuan kami akan segala invasi yang berbau nuklir. Kenapa nuklir? Karena menurut kami, bicara sedikit saja tentang nuklir, entah itu perangnya maupun industrinya, dampak/efeknya sudah menjurus pada kehancuran dunia.

Dalam hal musikalitas, MEN mengusung D-Beat/Noise/Raw. Band apa saja yang mempengaruhi musikalitas MEN? Bisa dibilang influence lah. Sebutkan masing-masing dalam 3 kategori : Band luar negeri, domestik, dan lokal dari Karesidenan Surakarta!
          Bicara influence, mungkin tidak bisa saya sebutkan semua, tapi intinya kami banyak terpengaruh oleh band-band luar negeri seperti Framtid, Disclose, Pisschrist, Totalitar, Apparatus, dll. Untuk band domestik seperti Kontrasosial, P.O.A, A Sistem Rijek ?!, Disconsent memang menginspirasi kami. Kalo di Solo mungkin ada Street Army karena mereka juga teman kami. :D

Sudah ada lagu, demo, EP, atau album? Lirik-lirik lagu yang kalian ciptakan/bawakan tersebut menceritakan tentang apa saja?
          Lagu sudah ada, doakan saja bulan depan kami bisa rekaman. :D Lirik kami kebanyakan bicara masalah perang yang belum ada habisya, industri penghancur dunia, dan yang jelas bicara tentang realita yang ada saja. :D

Bicara personal, saya rasa anda (Beghe) adalah frontman dari band ini. Bagaimana dengan band anda sebelumnya, Bengal RI, masih aktifkah?
          Haha, bagi kami semua personil adalah frontman, mungkin alasan saya berada di garis paling depan adalah karena saya sendiri yang harus pegang stand mic-nya. :D Bengal RI masih aktif sampai sekarang dengan kesibukan personilnya masing-masing.

Kesibukan pribadi dari masing-masing personil MEN apa saja? Sekolah? Kuliah? Kerja?
          Semua dari kami sudah harus bekerja, karena kalau tidak kerja mau makan apa, haha. :D

Ceritakan tentang scene/komunitas/kolektif yang kalian huni mulai lahir hingga tumbuh sampai sekarang ini!
          Scene kami memang hanya minoritas dibandingkan scene genre lain di kota kami, tapi setidaknya kami masih bisa bertahan sampai sekarang. Bicara soal scene, kami mengalami krisis partisipan. Bayangkan saja, mungkin jumlah orang yang masih aktif dalam scene tidak sampai hitungan jari. Solusinya ya kami harus gabung dengan scene lain untuk sekedar support.

Terakhir, menanggapi isu fasisme yang sering beredar di masyarakat, bagaimana tanggapan MEN tentang hal tersebut? Khususnya perihal ormas agamis radikal di negeri ini.
          Menurut kami itu sangatlah berlebihan, terlebih negara kita ini negara multikultural. Kami yakin setiap agama dengan jelas mengajarkan bagaimana menghargai agama lain, toleransi itu penting. Permasalahan antar agama itu sangatlah sensitif karena hampir semua orang mempunyai agama yang harus mereka bela. Satu lagi yang harus diperhatikan adalah peran media yang justru cenderung melakukan provokasi.

Terima kasih telah meng-interview kami, semoga bisa membantu kemajuan bersama, regard!

*Facebook Page : Milisi Efek Nuklir

Friday, August 17, 2012

Budi AKA Bubee, Seorang Artworker yang Bicara Soal Poster Gig

Siapakah Bubee?
         Siapa yang tak kenal dengan pemuda satu ini? Jika kalian berdomisili di wilayah Solo, Jogja, dan sekitarnya, pasti nama Budi alias Bubee sudah akrab di telinga. Pemuda asal Macan Mati, Simo, Boyolali yang menuntut ilmu di Institut Seni Indonesia Jogjakarta dan juga kerap menyambangi kota Solo ini memiliki hasil karya berupa artwork dan desain yang telah menghiasi berbagai logo/t-shirt/merchandise dari bermacam-macam band maupun clothing line. Ia juga menjadi flyer/poster artist di Solo Rumble Crew (SRC), salah satu scene HC/Punk di kota Solo. Dan pada suatu malam di jejaring sosial twitter, ia melalui akun pribadinya @budibubee mencurahkan beberapa buah pikirannya mengenai salah satu bidang yang ditekuninya, yaitu poster gig dengan hashtag #postergik. Saya rasa, informasi yang ia berikan sangat menarik. Karena kebetulan saya hobi mengoleksi bermacam-macam lembaran flyer/poster yang menempel penuh di dinding kamar saya. Seluruh twit darinya coba saya rangkum menjadi sebuah artikel di bawah ini, dengan sedikit editing tanpa merubah makna sekaligus maksud dari sumbernya.

Berikut Cerita dari Bubee...

          "...Poster gig adalah sebuah poster untuk sebuah acara musik, biasanya di Indonesia band-bandnya indie, teater, dan sebagainya. Awalnya, poster gig hanya untuk acara musik saja. Terus apa bedanya poster gig dengan acara musik biasa? Biasanya poster gig dibuat oleh seorang ilustrator atau tukang gambar atau apalah itu, ya kayak aku juga gapapa sih. :p Biasanya sang tukang gambar mempunyai gaya gambar (ada yang punya gaya desain juga) dengan khas mereka sendiri untuk membuat poster gig tersebut. Munculnya poster gig diperkirakan pada tahun 50-an dimana cetak plakat sedang naik daun atau sedang nge-trend. Selain munculnya cetak plakat, poster gig juga disebabkan adanya gerakan D.I.Y (Do It Yourself) yang muncul pada era itu. Beberapa artis poster gig sudah mendedikasikan hidupnya untuk membuat karya dari jaman itu. Seiring berkembangnya waktu, istilah poster gig juga dipakai untuk pertunjukan teater dan pemutaran film indie, tapi saya membahas poster gig di ranah musik saja ya. Pada era punk, poster gig identik degan gaya desain kolase atau dadaisme. Di era metal atau rock, poster gig menggunakan gaya yang surealis, dan masih diikuti sampai sekarang. Dalam sebuah scene biasanya ada (minimal) 1 orang artworker untuk membuat poster gig di setiap eranya. Beberapa nama besar pembuat poster gig yang sekarang masih terdengar di telinga, antara lain tukang gambar seperti Pushead, Raymon Pettibon, Florian, dan sebagainya. Nah, kalo ada yang selo (punya waktu luang), silakan download karya-karya poster gig dari angkatan 70-an sampai sekarang, selalu ada perkembangan gaya desain/gambar dari waktu ke waktu. Gaya gambar yang berubah-ubah tersebut selain karena perkembangan skill juga karena tren desain dan alat bantu yang maju. Meski beberapa artis poster gig masih istiqomah dengan gaya dan cara mereka, karena untuk mereka ini adalah karya mereka. Beberapa artis poster gig yang dikenal di negara masing-masing ada interview-nya di sini : crewchro.blogspot.com. Di beberapa gig di luar negeri, poster gig biasanya jadi barang merchandise lho. Di Indonesia baru belakangan ini ada yang mau mencetak poster gig sebagai merchandise, diantaranya The SIGIT. Oh iya, kenapa poster gig biasanya dijual dengan harga mahal? Karena itu karya, atau karena biasanya dicetak sabln dengan jumlah terbatas. Nah, bagaimana dengan poster gig fotokopian? Ato flyer sih tepatnya. Kalo yang format fotokopian itu masih masuk kategori poster gig lho. Poster gig fotokopian biasanya dibuat untuk acara HC/Punk atau semacamnya lah. Alasannya, gig HC/Punk biasanya bersifat D.I.Y jadi ga ada waktu buat cetak rumit, karena biasanya dadakan. Selain itu yang bermain di gig punk biasanya "kalau sempat", jadi sering ada perubahan dalam poster gig yang disebar. Eits, sebentar, poster gig fotokopian cuma buat info aja dong? Ah, gak juga. Justru karena fotokopian ada hal tersendiri yang membuat pengerjaannya asik lho, misalnya kolase. Dan dari poster gig ala punk ini kita bisa melihat venue yang asik di sebuah kota untuk mengadakan gig kecil yang bersahabat. Coba deh kalian cari poster gig acara besar, dan poster gig ala punk di sebuah kota dalam 2 tahun, ada yang beda lho. Gig besar biasanya tempatnya itu-itu saja, kalo gig kecil ada yang hilang dan ada yang baru. Justru dari poster gig fotokopian ini kita bisa tahu kekuatan scene sebuah kota. Kalo kalian ngefans sama band besar, kalian bisa lebih menghargai mereka bila tahu perjalanan karir mereka dari nol. Nah sekarang ada beberapa fungsi dari poster gig, tapi menurut saya lho. Nah, dari segi pemerhati musik, dalam poster gig bisa dilihat bagaimana perkembangan scene di sebuah kota. Ada juga yang mengoleksi poster gig karena kecintaan mereka pada sebuah band. Ada juga yang memang menganggap poster gig itu sebuah benda koleksi. Ada juga yang mengoleksi poster gig karena suka karya dari tukang gambarnya. Kalo dari sudut pandang artworker gimana mas? Bagi saya, membuat poster gig itu kesempatan membantu teman sekaligus bersenang-senang. Begitulah cerita saya, kapan-kapan update lagi..."

          Oh iya, simak juga interview bersama Bubee dari sebuah blog internasional Crewkoos Rock Poster Artists Interviews di sini : http://crewchro.blogspot.com/2011/10/budi-bubee-indonesia.html

Wednesday, August 15, 2012

Laporan dari TKP Sriwedari Bootbois Berbagi

Aksi Berbagi
          Sriwedari Bootbois Berbagi, ide tercetus di awal bulan puasa, tanggal sempat diundur, dan akhirnya mampu direalisasikan pada hari Minggu tanggal 12 Agustus 2012. Sore itu, seperti yang terlihat pada gambar di samping, sebagian kawan-kawan Sriwedari Bootbois sudah turun ke jalan (sekitar Jl. Slamet Riyadi) untuk membagi makanan gratis dan pakaian pantas pakai bagi sesama yang sekiranya membutuhkan. Target utama ditujukan kepada tukang becak dan para lanjut usia yang sedang melintas. Sebelumnya, amunisi makanan gratis dan pakaian pantas pakai telah dipersiapkan jauh-jauh hari. Bermodal dana kolektif personal dan band akustik pengisi acara, serta pakaian bekas yang juga dikumpulkan dari semua pihak baik dari pertemanan maupun sumbangan.
          Langit mulai gelap, dan aksi berbagi ini ditutup dengan penampilan band-band akustik yang dimulai sekitar pukul 7 malam. Bertempat di panggung permanen (meriam) depan pintu gerbang Taman Sriwedari. Segala macam peralatan band dalam acara malam itu dipersiapkan oleh teman-teman UKM Band ISI Surakarta. Tendangan Badut tampil sebagai band pembuka sekaligus penutup. Selain TB, banyak juga band-band format akustik yang tampil di malam itu, antara lain The Radio dengan lagu-lagu Naif-nya. Mooca Caboel menyajikan punk rockustik dan menyisipkan lagu baru mereka yang berjudul Make Love Not War. The Suspender, lalu OM. Daliman yang mengajak bergoyang dan bernyanyi bersama dengan alunan old school dangdut semacam Pancaran Sinar Petromaks (PSP) dan Pengantar Minum Racun (PMR). Disusul Monopolice yang hanya tampil berdua. Kemudian ada Home Alone dan All Night Long. The Cloves and The Tobacco dari Jogjakarta berhalangan hadir. Di tengah acara sempat diisi penampilan duet dari kawan yang bernama Spongebob dan Wege. Mewakilkan diri untuk SK.O.P, mereka menyanyikan lagu dari Misfits yang berjudul Saturday Night spesial untuk almarhum Santo AKA Badak di surga yang telah berpulang tempo hari. Tangan Spongebob sampai berdarah saat menggenjreng gitar malam itu. Acara sempat terhenti beberapa menit dan terancam usai di tengah jalan karena muncul isu bahwa akan ada ormas agamis radikal yang melakukan sweeping di lokasi acara tersebut. Tapi syukurlah hal itu tidak benar, sehingga acara berjalan lancar hingga usai. Senang rasanya bisa berbagi dengan sesama. Semoga di kemudian hari, aksi-aksi berbagi seperti ini tidak hanya dilakukan saat bulan puasa, bisa kapan saja.

Penampilan Band Akustik

Tuesday, August 14, 2012

Review Sebuah Private Gig Bertitel "Kok Sepi Sih?!"

          Bulan puasa ga harus melulu akustik! Hari Senin tanggal 13 Agustus 2012 di Taman Eden ISI Surakarta, Wasted Youth Private Gig "Kok Sepi Sih?!". Sudah jelas ini adalah sebuah acara private. Minim publikasi, tidak begitu digembor-gemborkan sana-sini. Gig ini atas nama "Wasted Youth" (pemuda yang terbuang) yang notabene adalah anak-anak UKM Band ISI Surakarta. Dan istilah wasted youth ini menurut saya juga bisa dilabelkan kepada semua teman-teman partisipan yang menghadiri private gig ini. Di saat semua lembaga pendidikan sibuk dan terlalu serius dengan urusan mahasiswa baru di tahun ajaran baru, tuan rumah private gig ini yaitu ISI Surakarta justru mampu meluangkan waktu untuk memberikan sebuah ruang yang saya rasa cukup, untuk melampiaskan rasa keterbuangan (mungkin) dari para mahasiswanya. Bahkan menurut salah satu panitia, acara yang dimulai malam hari pukul 8 ini mendapat ijin dari kampus sampai pukul 2 dini hari. Wow, two thumbs up untuk kampus ISI Surakarta, khususnya teman-teman dari UKM Band!
          Private gig ini hanya berbekal alat dan amplifier seadanya dari Studio Bawah Tanah ISI Surakarta yang diletakkan secara "lesehan" (tanpa panggung) di pelataran taman yang disebut sebagai Taman Eden. Band-band pengisi malam itu berasal dari jaringan pertemanan sendiri. Home Alone tampil sebagai pembuka, disusul All Night Long, lalu No Stereo Yellow. NSY kali ini tampil tanpa Sarah yang sedang berhalangan hadir, kekosongan ini ditempati oleh Yvonne, vokalis Little Monster yang memiliki karakter hampir sama dengan Sarah. Kemudian disambung oleh perwakilan dari Solo Blues Rock (SBR), yaitu Scootled yang berhasil membuat penonton liar dengan membawakan lagu Ace Of Spades milik Motorhead. Disusul masih dari perwakilan SBR, Jollyroger. Dan akhirnya ditutup oleh No Perfect, yang membawa penonton bernyanyi bersama dengan single terbaru mereka, Tamasya Cinta. Band melodic/pop punk ini menggantikan posisi Yeay! Everyday yang pada waktu itu berhalangan hadir. Semakin malam semakin liar, penonton semakin berani untuk bernyanyi bersama dan crowd-surfing sana-sini, sampai ada beberapa yang terjatuh termasuk saya, hahaha.
          Acara berjalan lancar dari awal hingga akhir. Tidak ada gangguan apapun dari dalam maupun luar, meskipun ada sedikit jam karet di awal acara. Yang jelas, luput dari gangguan aparat dan ormas tertentu, itu yang terpenting. Misi terpenuhi, acara ini mampu memberi hiburan tersendiri dan mengobati kejenuhan akan langkanya sebuah gig berformat full-band, mengingat saat ini adalah bulan puasa. Usai acara, saya berbincang ringan dengan salah seorang panitia. Kabarnya, acara semacam ini akan diadakan secara berkala. Menghadirkan bermacam-macam band tanpa membeda-bedakan genre musik maupun komunitas dari mana mereka berasal. Saya angkat topi untuk semua teman-teman yang selalu mendukung dan memberi ruang untuk berekspresi serta berapresiasi. Ora peduli opo musik lan artise, sing penting guyub!

Saturday, August 11, 2012

Sriwedari Bootbois Berbagi (Revisi)

Fixed Flyer Sriwedari Bootbois Berbagi
          Jika sebelumnya telah saya post artikel berjudul Sriwedari Bootbois Berbagi : Preview, kali ini saya informasikan beberapa perubahan dalam acara tersebut. Awal mulanya, acara amal ini hendak dilangsungkan pada hari Sabtu tanggal 4 Agustus 2012 sore hari sewaktu ngabuburit hingga berbuka puasa. Namun, karena beberapa hal termasuk digunakannya venue (Meriam Taman Sriwedari) untuk berbagai acara yang bertepatan dengan rencana acara Sriwedari Bootbois Berbagi, maka acara aksi pembagian makanan gratis dan pakaian pantas pakai ini diundur menjadi hari Minggu tanggal 12 Agustus 2012. Dan untuk jam mulainya acara juga diundur menjadi pukul 18.00 WIB sampai selesai. Berlangsungnya acara ini juga dalam suasana berduka. Beberapa hari yang lalu, salah seorang kerabat dekat, anggota keluarga besar Sriwedari Bootbois yang bernama Santo atau yang lebih akrab dipanggil Badak (almarhum pernah bergabung dengan band SK.O.P) wafat akibat penyakit liver yang dideritanya. Semoga almarhum senantiasa tenang di sana dan memperoleh kebahagiaan abadi. We will meet again bro, sooner or later! Kembali ke inti acara Sriwedari Bootbois Berbagi, untuk band akustik pengisi juga mengalami perubahan. Tetapi itu bukan menjadi suatu masalah, karena mengingat tujuan utama acara ini adalah untuk berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Band akustik hanya sebagai pengiring, sekedar hiburan semata.

NB : Dimohon dengan sangat untuk kesadaran teman-teman agar tidak membawa atau mengonsumsi alkohol di venue agar tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan, dan juga untuk menghormati bulan ramadhan.

Friday, August 10, 2012

Revivalis Ska Punk Kota Solo, Rat Ska City, Kabarnya Akan Rekaman Lagi

          Rat Ska City, the Riot Skunx Crew! Mengapa band ska punk asal kota Solo ini saya sebut revivalis? Yak, karena memang berdirinya mereka sejak bulan Agustus tahun 2008 lalu merupakan sebuah tonggak kebangkitan sub-genre ska punk di scene ska kota Solo. Sebelumnya, band-band ska di Solo yang ada pada masa itu hanya mengusung nuansa tradisional dan 2-Tone. Rat Ska City (RSC) dibentuk dari latar belakang personil yang beragam. Sebagian dari mereka adalah eks-personil Peppermint (RIP), dan ada juga yang sudah memiliki band sendiri-sendiri (Melodic/Pop Punk) seperti Descender dan No Perfect.
          Pada awal kemunculannya, mereka membawakan lagu-lagu dari band ska punk asal Bandung, Noin Bullet. Juga band legendaris asal negeri matahari terbit yang sekarang sudah tinggal nama, Kemuri. Hingga sekarang ini, mereka sudah menciptakan beberapa lagu seperti Bergerak, I Wanna Skankin Now, Pancen Kowe Lonthe! (PKL), dan You'll Never Walk Alone. Diantara semua lagu tersebut, baru ada satu buah lagu yang berhasil direkam, yaitu Bergerak. Selain disebarluaskan secara free download, single Bergerak juga diikutsertakan dalam sebuah album kompilasi yang didistribusikan secara gratis berjudul Indonesian Roots Compilation (2010). Di dalamnya terdapat band-band seperti The Authentics, Heavy Monster, Dirty Dolls, The Mobster, dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu, karena kesibukan masing-masing personil akan pekerjaan, RSC menjadi kurang produktif. Tidak hanya dalam produksi materi (lagu), tetapi juga soal jam terbang. Yang dulunya padat, lambat laun mereka menjadi jarang menyambangi panggung. Namun itu bukan menjadi masalah, selama mereka masih bisa tetap bertahan di jalurnya dalam keadaan apapun.
          Di tengah situasi stagnan, terdengar sebuah kabar yang melegakan beredar di antara teman-teman. Bahwa dalam waktu dekat ini RSC akan kembali masuk ke studio rekaman. Katanya, mereka akan merekam salah satu single mereka yang berjudul Pancen Kowe Lonthe! (PKL). Haha, judul yang agak kasar untuk didengar di khalayak umum. Lagu yang di-mix dengan alunan campur sari dan bahasa Jawa ini menceritakan sebuah kisah dari seorang lelaki yang merasa dikecewakan oleh sang lawan jenis. Hingga muncul ungkapan "Pancen kowe lonthe!" (dalam bahasa Indonesia berarti "Memang kamu lonte/pelacur!") sebagai lirik di bagian reff. Selalu menjadi sing-along yang dinanti-nantikan dalam setiap penampilan Rat Ska City. Dan tak lama lagi, lagu Pancen Kowe Lonthe! (PKL) dari Rat Ska City akan segera dapat kita dengarkan setiap saat setelah melalui proses rekaman. Entah menjadi single yang disebarluaskan secara free, ikut kompilasi lagi, atau mempersiapkan mini/full album, kita tunggu saja langkah selanjutnya dari Riot Skunx Crew kota budaya ini. We wanna skankin now, bro!

Tuesday, August 7, 2012

Memperkenalkan, Rude And Reckless


          Memperkenalkan sebuah proyek musikal baru yang saya rintis bersama salah seorang teman yang notabene juga merupakan rekan satu band di The Suspender, Raditya Guntur Dewangga AKA Gendut. Proyek ini dinamai Rude And Reckless. Mengapa Rude And Reckless? Entahlah, tidak peduli berkaitan atau tidaknya dengan arti secara harfiah, saya rasa judul lagu The Slackers satu ini cocok untuk disandang sebagai nama proyek musikal kami berdua. Sebenarnya, ide perintisan proyek Rude And Reckless ini sudah dimulai sejak bulan April tahun 2011 yang lalu. Karena ini adalah proyek santai, hingga sekarang kami masih merangkak dan berlatih untuk berjalan di jalur yang kami lalui.
          Rude And Reckless bukanlah proyek musikal yang berformat full band. Kami adalah duo, hanya berdua. Duet maut yang jika disejajarkan akan membentuk angka "10", saya yang kurus seperti angka 1 dan Gendut yang berpostur sesuai namanya, haha, seperti angka 0.
          Musik yang kami mainkan adalah tak jauh dari akar musik Jamaika. Sesuai basic kami di The Suspender. Namun yang membedakan adalah tidak digunakannya alat musik lengkap seperti pada format band, karena kami menggunakan konsep musik elektronik. Secara umum kami menyebutnya Electronical Jamaican Music. Ide berawal dari saya, mengetahui pada saat itu Gendut sedang hobi bermain dengan fruity loop/midi controler, saya ajaklah dia. Kami terinspirasi dari musik-musik Jamaika beserta kultur di dalamnya seperti Mento, Calypso, Ska, Rocksteady, Reggae, Dub, Dancehall, Ragga Muffin, street soundsystem, turntables, DJ, MC, toasters, dan sebagainya. Dan para pendahulu yang menginspirasi kami antara lain Lee "Scratch" Perry, Dr. Ring Ding, Ninjaman, Asian Dub Foundation, Mighty Massa & The Ska Revolutionaires, Dubyouth Soundsystem, Ras Muhamad, dan tak lupa The "Legendary" Skatalites. Dalam proyek ini, saya berada di posisi vokal dan mengatur konsep musik yang disusun. Sedangkan untuk produksi penyusunan musik ada pada Gendut.
          Proyek ini dibuat untuk bersenang-senang, tidak lebih untuk menyalurkan hobi semata. Selain itu juga eksplorasi musikal dari musik yang kami mainkan sebelumnya di The Suspender.

Facebook Page : Rude And Reckless
Twitter : @Rude_Reckless

Monday, August 6, 2012

The Toasters, "Indonesia, here we come!"

          Setelah bertahun-tahun menanti, para fans musik ska di Indonesia akhirnya merasa lega setelah mendengar kabar bahwa legenda New York City Ska, The Toasters akan hadir di Indonesia pada bulan September 2012 nanti. Pada saat saya menulis artikel ini, sudah terdengar kabar bahwa Jakarta dan Malang adalah kota-kota yang rencananya menggelar konser The Toasters. Tanggal untuk Jakarta masih coming soon alias segera, sedangkan Malang tanggal 25 September. Dan untuk harga tiket belum ada informasi. Tour The Toasters di Indonesia ini masih dalam rangka anniversary mereka yang ke 30, sejak terbentuk pada tahun 1981 silam. Dalam akun facebook resmi The Toasters, mereka menyatakan kebenaran akan agenda tour mereka ke Indonesia. Coba cek screenshot di bawah ini.



          Mereka mengatakan bahwa The Toasters telah merencanakan kedatangannya ke Indonesia setelah menjalani tour di Australia pada bulan September. Mereka masih mempunyai kekosongan tanggal di sela-sela jadwal tour untuk diisi. Dan untuk informasi lebih lanjut, mereka menyarankan kita untuk mengontak di halaman facebook resmi The Toasters : http://www.facebook.com/TheToasters atau melalui email cubo.consulting@gmail.com

Jago Tarung (2012) : Movie Review

Poster Film Jago Tarung
          Jago Tarung adalah sebuah judul film produksi Liar Liar Film pimpinan Abdurrachman Sya'bani Nasution AKA Bani. Diperani nama-nama seperti Yanu N. Wibisono (The Leon's Labyrinth) Eko Aris Setyawan (Eks. Blegidize, sekarang bergabung dengan No Perfect), Wahyu Jayadi AKA Uziel (Down For Life), Natalius Telaumbanua AKA Lius dan Slamet Wiyono AKA Mamik (Tendangan Badut), serta talenta berbakat lainnya. Film pendek berdurasi 17 menit ini juga merupakan pemenang Festival Film Solo 2012 bulan Mei lalu. Mengambil setting di pemukiman padat penduduk, film ini memberikan kesan yang sangat kental akan realita yang ada di sekitar kita. Seperti susahnya mencari lapangan pekerjaan, perjudian (sabung ayam), kehidupan berumah tangga, pertikaian antar personal, hingga kekerasan yang biasa terjadi di tengah-tengah kehidupan kita. Kabarnya, akan beredar package include poster film Jago Tarung dalam waktu dekat ini.