Mungkin memang sudah terlambat untuk menyampaikan hal ini, tapi memang sangat perlu hal ini untuk kita paparkan lagi. Mari kita urai masalah ini dari awal, seiring dengan pesatnya perkembangan/kemajuan teknologi yang mau tak mau ikut juga menyeret pada kemajuan aspek lainnya yang masih mempunyai benang yang saling berhubungan. Salah satunya adalah aspek tekhnologi komunikasi yang ditandai dengan semakin mudahnya menggunakan akses internet. Saking mudahnya,kita bisa mengakses internet via handphone.
Nah, mari kita langsung ke fenomena smartphone. "Smartphone for Smart People". Benarkah? Yakin? Ciyus? Miapah? :p Quote yang benar hanya untuk segelintir orang saja menurut saya. Sekarang banyak orang memiliki berbagai merk, series, jenis, jembut dari smartphone tersebut tanpa memperhatikan segi fungsi, porsi, dan kemampuan. Mereka lebih mengedepankan gengsi. Gadget up to date sama dengan gaul, terus pamer kanan kiri. :D
Hampir setiap orang kini sudah memegang smartphone. Gadget tersebut memang smart, bekerja layaknya komputer, memberi kemudahan bagi kita dari segi teknologi, khusunya komunikasi. Dari segi fungsi, pastinya bermanfaat bagi kita untuk mengakses apa saja, kapan saja, dan dimana saja. Tentu dengan porsi yang sesuai. Apakah kalian mau menjadi orang yang gagap berkomunikasi secara langsung akibat pemberian porsi berlebih dalam penggunaan smartphone? Seringkali kita jumpai, ketika nongkrong bareng pasti ada dari pengguna smartphone yang justru sibuk dengan gadget pujaannya tersebut. Dewasa ini banyak generasi muda kita yang menjadikan produk-produk canggih tersebut sebagai kebutuhan eksistensi diri, kebutuhan palsu (false need), dan bukan karena kebutuhan sejati. Kebutuhan palsu diciptakan melalui rayuan iklan yang berbarengan dengan rayuan gaya hidup, gaya bicara, gaya bertingkahlaku, obsesi, dan kebiasaan lainya. Jadi, point yang saya tekankan dan perlu kalian garis bawahi disini adalah mereka (generai muda sekarang ini) membeli atau mengkonsumsi barang-barang atau gadget-gadget canggih tersebut bukan untuk memenuhi kebutuhan sejati mereka, tapi hanya untuk memenuhi kebutuhan palsu mereka saja dan hanya untuk menunjukan bahwa mereka itu gaul, up to date, modis, keren, dll. Contoh nyatanya, sesorang yang sudah punya Blekberi ingin membeli AyPhone. It’s okay jika kalian mampu, namun akan miris jadinya jika user pecandu gadget tersebut adalah orang yang masih berada dalam tanggungan orang tua. Mereka belum mampu mencukupi kebutuhan hidup sendiri tetapi sudah merengek dan memaksa orang tua mereka untuk membelikan berhala-berhala canggih tersebut. Apakah kalian termasuk di dalamnya? Jadi, apakah benar istilah "Smartphone for Smart People" itu? Silakan nilai sendiri.
No comments:
Post a Comment