Thursday, April 18, 2013

Mutualisme Filmmaker dan Street-Artist di Solo

          Dari tahun ke tahun, dimanapun tempat yang kita tinggali ini, seakan tak pernah kehabisan individu ataupun kelompok potensial dalam bidangnya. Point yang saya singgung di sini adalah tentang kultur anak muda, komunitas, dan karya-karyanya. Tak khayal hal tersebut seringkali memicu persaingan. Jegal-menjegal, saling nyinyir dan mengkritisi, terobsesi dan rasa tak mau kalah sudah biasa terjadi. Namun di sini saya tidak akan membahas persaingan tak sehat tersebut. Buat apa? Lebih baik membicarakan hal yang positif saja. Saling mendukung satu sama lain. Jika kalian memberikan dukungan secara riil kepada orang lain, otomatis kalian akan mendapatkan timbal balik yang sama.
          Seperti halnya yang dilakukan oleh seniman-seniman muda berbakat dari Kota Solo belum lama ini, mereka adalah para filmmaker dan street-artist. Tahun ini, Festival Film Solo atau yang biasa disingkat FFS memasuki gelaran ketiganya. Berawal pada tahun 2011 lalu, diprakarsai oleh beberapa pegiat sinema yang berkumpul di Solo, FFS selalu diagendakan pada bulan Mei di setiap tahunnya. Dan FFS ketiga tahun ini diadakan pada tanggal 1 sampai 5 Mei, bertempat di Teater Besar ISI Surakarta. Festival Film Solo menjadi sebuah wadah yang terbuka luas, akrab, ramah, dan sederhana untuk menampung para penonton dan pelaku perfilman nasional. Memfokuskan pada perkembangan film-film fiksi-pendek Indonesia, melalui program-program kompetisi maupun non-kompetisi dan forum. Festival Film Solo mempercayai bahwa film pendek dan komunitas film adalah salah satu penggerak utama perfilman tanah air. Menanggapi moment yang akan hadir pada bulan Mei tersebut, muncul pula sambutan, dukungan, dan ketertarikan dari beragai pihak. Tak hanya para pelaku perfilman dan penikmat film saja, tetapi juga para street-artist. Seniman yang biasa bergerak pada bidang seni rupa tersebut mengaplikasikan respon positif mereka terhadap Festival Film Solo dengan aksi pembuatan mural. Mereka berasal dari beberapa komunitas seperti Komunitas Perupa Kepatihan (Koper-K), Love Leca, ada juga yang berasal dari Klaten, dan beberapa perorangan lainnya. Mereka secara serentak melakukannya pada hari Sabtu, 13 April 2013 di beberapa titik. Diantaranya daerah Jalan Wora Wari, dekat Masjid Solikhin, Laweyan, sekitar SMA Warga, dan belakang Solo Grand Mall.






          Aksi yang mereka lakukan pada hari Sabtu tersebut menghasilkan bermacam tema dan konsep, namun di tiap mural tersebut disisipkan info dan ajakan menganai Festival Film Solo 2013. Selain menjadi ajang unjuk gigi para street-artist, tentunya mampu mempromosikan event Festival Film Solo itu sendiri. Sehingga, FFS mampu mencapai jangkauan audience yang lebih luas, tak hanya dari pelaku dan penikmat perfilman saja. Saling support lintas komunitas seperti inilah yang pantas dijadikan teladan oleh semua orang. Dukungan secara nyata, apresiasi positif, atau apapun bentuknya akan menjadikan kita hidup dalam keharmonisan. Saling menguntungkan dan tak ada yang dirugikan.

Words : Bagas
Pix : Bani

Tuesday, April 16, 2013

Review Gig Imajimati, "Kami Ada!"

          Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Begitu pula yang saya lakukan ketika mulai mengetik sebuah review tentang acara berjudul Imajimati ini. Saya memilih untuk menuliskannya ke halaman ini, supaya sebuah moment entah sebesar atau sekecil apapun itu tidak hilang ditelan bumi.

Flashback...
          Kembali ke jelang penghujung tahun 2012 tepatnya pada hari Jumat, 23 November 2012 lalu, diadakanlah sebuah acara dengan judul Imajimati oleh teman-teman Maladaptif Terror Crew. Sebuah scene punk yang melahirkan band-band potensial sebut saja Mooca Caboel, Sampah Pribadi, The Obstinate, dll. Mereka cukup aktif dalam berbagai pergerakan di kota Solo seperti Food Not Bombs, kepedulian terhadap alam sekitar, dan gigs itu sendiri. Seperti apakah Imajimati? Sebuah gig dengan konsep gabungan, antara parade musikal dari band-band kota Surakarta dan sebuah pameran artwork (seni rupa). Band-band yang mengisi antara lain The Working Class Symphony, Sporadic Bliss, Take and Awake, Milisi Efek Nuklir, The Obstinate, Lepas Kendali, Railway Gangsters, Optimistic Sound, dan Suck It V. Sedangkan dari armada artworker ada Judas Pubis, Andreas Pondra, dan Beghe. Band-band pengisi sengaja diambil secara lintas genre (Celtic Punk, Grunge, Noise, Grind, Crust, D-Beat, Rockabilly, dsb). Untuk artworker, mereka bertiga biasa bekerja di balik layar seperti dalam divisi desain, maupun merchandise sebuah band atau clothmaker. Mungkin mereka kurang mendapat ekspos, tetapi dalam acara Imajimati ini para artworker tersebut juga diberi kesempatan untuk mempertontonkan karya-karya visual yang mereka hasilkan.
          Mengambil waktu malam hari, di tempat yang cukup tersembunyi, dan mungkin bagi sebagian orang susah untuk menemukannya. Yaitu di dalam area kampus ISI Surakarta, ketika sudah tidak ada aktivitas perkuliahan dan semacamnya, otomatis gig ini seakan luput dari pandangan khalayak umum dan pihak-pihak berwajib. Tepatnya di Lobi J, sebuah tempat seperti gazebo di tengah-tengah rindangnya pepohonan kampus seni kota Solo tersebut. Untuk peralatan dan segala perlengkapannya mengambil dari studio kampus yang dikelola teman-teman dari UKM Band ISI Surakarta. Hujan yang sempat mengguyur sedari sore sempat membuat acara ini molor beberapa saat, tetapi acara tetap berjalan lancar hingga usai. Berikut beberapa foto acara yang diambil oleh teman-teman.

Optimistic Sound

Suck It V

          Satu demi satu band mempertunjukkan aksi terbaiknya. Dan puncak acara terjadi pada saat penampilan The Working Class Symphony, sebuah band Celtic/Folk Punk/Oi! yang digawangi para veteran scene punk kota Solo, Sriwedari Bootbois. Mereka mampu menghipnotis para hadirin untuk ikut bernyanyi dan berdansa bersama menjadi satu dalam suasana hangat alkoholika di tengah dinginnya udara pasca hujan.

The Working Class Symphony

Bernyanyi Bersama dalam Lagu TWCS - Satu Jiwa



          Menuju ke bagian pameran artwork, mereka mendapat tempat di salah satu sisi lobi. Dimana karya-karya dari para artworker (Judas Pubis, Andreas Pondra, dan Bege) tersebut terpampang menjadi satu. Menjadi sebuah pemandangan unik dan menarik perhatian. Meskipun, antusiasme mayoritas audience lebih condong ke eksibisi musikal malam itu. Tetapi secara keseluruhan, Imajimati menjadi awal yang bagus untuk sebuah pergerakan berupa wadah yang mampu menampung banyak ide dan kreativitas para penghuni scene yang kita cintai ini.

Artwork Exhibition

          Inilah imajimati. Imajimati menawarkan sisi lain ketika sebuah imajinasi seakan mati dan terjadi stagnasi. Imajimati menyajikan variasi di tengah terpaan musim yang silih berganti. Imajimati mempertunjukkan keberadaan talenta-talenta mumpuni yang barangkali luput dari pandangan atau dipandang sebelah mata, menunjukkan bahwa sebenarnya "Kami ada!".

Monday, April 8, 2013

Tanya Jawab dengan Akatz (Bilbao, Spanyol)

          Akatz adalah band asal Bilbao, Spanyol. Salah satu dari sekian banyak pengusung musik asli pulau kecil di Kepulauan Karibia, Jamaika (Ska, Rocksteady, Reggae) yang kini sudah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Akatz memainkan musik yang masih berpegang erat pada akarnya, namun mereka memiliki style sendiri dalam memainkannya. Berdiri pada tahun 1992, band ini bertahan cukup lama dan sudah merasakan pahit manis dalam bermusik. Selama kurang lebih 20 tahun, Akatz baru menghasilkan 3 album. Album pertama mereka baru keluar di tahun 2004, 12 tahun setelah mereka terbentuk. Meski kurang produktif dalam hal rilisan, tetapi dalam urusan penggung ke panggung Akatz sudah pantas disejajarkan dengan musisi-musisi hebat pengusung musik Jamaika dari Eropa lainnya, bahkan dunia. Jam terbang mereka sudah tak dapat diragukan lagi. Berikut tanya jawab saya dengan Akatz. Mereka bercerita banyak hal mulai awal mereka terbentuk hingga sekarang, serta moment-moment pahit dan manis yang pernah mereka lalui selama bermusik. Selamat menyimak!

Apa arti di balik nama band kalian, Akatz?
          Ah! Soal nama ya... Kami membentuk band seperti bagaimana band-band lain memulai sebuah band. Tanpa pengetahuan musik yang bagus, musik yang dimainkan pun kacau dan tidak rapi. And error is beautiful. Kami menyukai ke-error-an tersebut, kesempurnaan bukan milik manusia, dan kami memainkan musik yang alami diciptakan oleh manusia. Dan, Akatz, atau sebenarnya tertulis Akats dalam bahasa Basque sendiri memiliki arti yaitu error. Ke-error-an kami tambah dengan sengaja mengganti huruf belakang dari S menjadi Z. Arti lainnya, Akatz juga merupakan nama dari sebuah pulau kecil di kota kelahiran kami, Bakio, Propinsi Bizkaia, Basque Country (Nama daerah otonom di Spanyol yang terdiri dari beberapa propinsi). Bicara soal pulau kecil, kami juga memainkan musik yang berasal dari sebuah pulau kecil, yaitu Jamaika.

Apa yang sedang kalian kerjakan?
          Kami baru saja menyelenggarakan konser ulang tahun kami yang ke 20 dan memilih lagu-lagu untuk album kompilasi yang bertemakan perayaan ulang tahun kami. Di konser tersebut, kami mengumpulkan musisi-musisi yang pernah berkolaborasi bersama kami, dan melibatkan pula bermacam grup yang pernah berbagi panggung bersama kami. Saya selalu tertawa jika melihat foto-foto dan video kenangan tersebut. Kami juga akan melanjutkan pengerjaan lagu-lagu yang akan menjadi bagian dari album ketiga, semoga selesai di tahun 2013 ini.

Apa influence kalian selain musik Jamaika?
          Sebenarnya, kami menyukai seluruh musik Jamaika yang berkembang sejak akhir tahun 50an seperti mento, calypso, rhythm and blues, lalu ska dan rocksteady di tahun 60 - 70an, early reggae, skinhead reggae, roots reggae, dub, juga mendengarkan dancehall di awal perkembangannya, dan rub a dub yang muncul di awal 80an. Kami telah mengikuti perkembangan dan evolusi scene musik Jamaika seperti ragga muffin, new roots, singjay. Tetapi beberapa tahun kami bermusik, musik kami lebih terkesan oldies seperti tahun 50-60an. Di luar musik Jamaika, ingatlah selalu bahwa musik adalah bagian dari perasaan yang mampu menyentuh hati. Jika sebuah musik kamu rasa bagus, mengapa tidak untuk mendengarkannya?

Seperti apakah scene musik Jamaika di Bilbao?
Akatz
          Pada tahun 80an sebagai pelajar, kami mendengarkan Kortatu, sebuah band Ska yang berbau 2 Tone. Tetapi band pertama yang kami rasa sebagai pioneer adalah Potato, dari kota Vitoria, Basque Country, memainkan musik Jamaika bersama band asal kota Vitoria lainnya yang bernama Cannabis, dan Banana Boats dari kota La Rioja. Ketika kami mulai berdiri, kembali ke tahun 1992, di Bilbao banyak band reggae bermunculan, kebanyakan dari mereka mengusung musik yang komersil. Namun, salah satu dari mereka, Basque Dub Foundation menjadi group pertama yang mengusung dub dengan sentuhan gaya British. Disusul beberapa band yang mengusung musik roots seperti kami, antara lain Ambassadors , Xuia, 12Tribu, Doctor Deslay. Memasuki era millenium, ada Ttak dan Cyprinidians dengan rude ska sounds mereka. Selama bertahun-tahun kami mempertahankan style musik kami yang sesuai dengan roots tersebut. Tetapi akhir-akhir ini sudah mulai banyak bermunculan grup-grup yang mengusung Jamaican sounds seperti kami, antara lain Chalwa Band, Bilbomatiks, Skalones, Early Reflections, Materia Gris, Luz de Putas, Tacumah, dan tentunya proyek-proyek soundsystem. Scene yang terdiri dari band-band pengusung sound-sound oldies tersebut, sebenarnya tidak begitu murni oldies, karena di sini ada kultur musik dan kelompok-kelompok yang menyukai sound yang lebih rebel, mereka memodifikasinya. Bilbao, Basque Country adalah kota dan daerah kecil, tetapi memiliki aktivitas dan pergerakan kultur yang besar. Dari sekian banyak band-band yang saya sebutkan tadi, semuanya berasal dari kota-kota kecil di negeri ini. Seperti yang kamu lihat, kami tidak memberda-bedakan mana yang mengusung sound oldies, roots, dan soundsystem. Kami berasal dari daerah kecil dan kami mengerti persatuan di antara kami yang memang sudah menjadi seperti sebuah "pasukan". Selain musik Jamaika, pada dasarnya Basque Country adalah daerah yang lebih kental dengan musik rock.

Bagaimana hubungan kalian dengan genre musik lain?
          Kami bukan orang Jamaika dan tidak sedang berada di tahun 60an. Kami adalah musisi dari Basque yang memainkan musik Jamaika. Kami menjadi bagian dari scene musik di kota kami, yaitu musik Jamaika. Meski demikian, kami bukanlah orang asing di scene genre lain, seperti musik-musik perkembangan atau yang masih berhubungan dengan musik Jamaika. Kami sudah biasa menjadi bagian dan berkolaborasi dengan mereka. Black music seperti jazz, soul, dan funk sangatlah memotivasi kami. Dan juga, rock, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, Bilbao adalah kota rocker dan kami senang berhubungan dengan mereka. Kami bukanlah mods dan skinheads Inggris di tahun 70an yang bermusuhan dengan para rocker. Tetapi jika mereka mencari gara-gara, kami siap! Hahaha, bercanda, kami adalah orang yang cinta damai dan suka bekerjasama dengan siapa saja.

Moment pahit selama bermusik?
          Ketika personil kami harus berhenti/keluar adalah sebuah moment yang pahit. Karena dasar dalam bermusik, terutama pada sebuah band adalah cinta dan rasa hormat. Tetapi, kami adalah orang-orang yang pantang menyerah. Terbukti dengan album pertama kami yang berjudul 12 Años De Exitos (12 Years Of Success). Dihasilkan bersama personil kami yang tersisa dan dengan jarak waktu yang panjang pula. Saya pikir hal tersebut adalah kunci bagi kami yang merupakan sebuah grup non-professional untuk bisa bertahan sampai 20 tahun ini. Meski demikian, ada juga promotor yang masih memiliki hutang uang terhadap kami. Walaupun kami adalah orang yang cinta damai, seperti yang saya katakan kepadamu tadi, pernah ada bajingan-bajingan yang mengambil keuntungan dari kami. Hal tersebut menjadi satu-satunya penyebab kami berkelahi, secara kontak fisik, bukan hanya adu mulut.

Bagaiana menurutmu tentang perkembangan dan penyebaran musik Jamaika di dunia sekarang ini?
          Kami senang. Kami beruntung pernah bermain bersama The Skatalites, Rico Rodriguez, Desmond Dekker. Menyenangkan, menjawab interview dari Indonesia dan menerima ratusan pesan dari California, Meksiko, Kolombia. Kami juga beruntung pernah berbagi panggung bersama Tokyo Ska Paradise Orchestra, New York Ska Jazz Ensemble, Mr. T-Bone, Eastern Standard Time, David Hillyard, dan banyak band-band Eropa, Amerika, Jepang, dan juga dari Catalunya seperti Soweto dan Root Diamoons, dan tentunya dari Spanyol antara lain Upsttemians, Lone Ark, dan Transilvanians. Semuanya adalah hasil dari kemajuan dalam bidang komunikasi. Salah satu hal positif dari globalisasi.
          Banyak band bagus bermunculan. Jika mereka mengusung sound baru ke dalam scene, menurut saya itu lebih bagus, saya kurang menyukai jika band tersebut terlalu meniru band lain. Dan jika di masa depan, ada negara-negara yang merasa kami klasik/legenda dan mengundang kami di acara mereka, itu akan sangat menarik.


Akatz in Action

Apa saja hal-hal yang kalian sukai di luar bermusik?
          Setiap personil Akatz memiliki hobi dan kesukaan yang berbeda-beda. Masing-masing dari kami juga memiliki profesi dan selera yang beragam. Tapi tentu saja, kami semua memiliki kesukaan yang sama dalam bidang seni, seperti membaca, film, teater, lukis, tari. Selain itu humor, makanan, minuman, dan marijuana adalah hal-hal yang paling kami sukai. Meski tidak semua dari kami minum dan merokok. Kami juga suka olahraga, terutama sepakbola. Beberapa dari kami adalah supporter fanatik Athletic Bilbao. Olahraga surfing menjadi hal pertama yang mempersatukan kami di Bakio, desa yang memiliki pantai-pantai dengan ombaknya yang indah dan tempat pertama kali kami melakukan latihan. Olahraga lainnya yang kami sukai adalah Jai Alai (Olahraga indoor asli Basque, menggunakan semacam bet dari kayu dan bola kecil yang dipantulkan ke tembok). Kami juga suka pergi ke pegunungan dan membicarakan politik.
          Oh iya saya lupa, wanita! Apa yang bisa kami lakukan tanpa wanita? Mereka menginspirasi kami, mereka mencintai kami, dan kami juga mencintai mereka. Mereka adalah gairah bagi kami. Dan yang terakhir, kami selalu siap untuk mencari teman baru.

Adakah band atau musisi lainnya yang berasal dari kota kalian, mungkin juga teman kalian, yang recomended untuk didengarkan?
          Semua band yang sudah saya sebutkan di atas adalah band-band yang bagus. Kebanyakan dari mereka bisa kalian jumpai di Youtube. Band-band dengan sound oldies dari kota kami masih perlu melakukan improvisasi atas musikalitas mereka. Mereka yang juga merupakan teman-teman kami antara lain The Starlites, sekarang Los Tremendos Corquettes y sus Aeromozos All Stars, Lone Ark with Alpheus. Dari Spanyol saya memilih Los Granadians dan Le Grand Miercoles. Jika kalian suka funk, silakan cek The Cherry Boppers atau Priscilla band. Jika kalian suka jazz, Juan Ortiz Trio cocok untuk kalian dengarkan. Dan jika kalian lebih memilih rock, ada BC Bombs dan Sonic Trash. Mereka semua adalah teman kami, teman yang pernah bekerjasama dan saling berkolaborasi dengan kami.

Kata-kata terakhir untuk para pembaca?
          Pertama, kami mengharapkan yang terbaik untukmu. Panjang umur dan dapat melanjutkan zine ini selama bertahun-tahun ke depan. Terima kasih sudah bekerjasama dengan kami. Jika ingin menghubungi kami, silakan kontak kami di :
Like halaman Facebook kami : Akatz
Kunjungi website kami di : www.akatz.net
Kirim pesan kami melalui Email : superakatz@akatz.net
Cari video kami di Youtube dan ceritakan ke teman-temanmu. Lagu-lagu kami juga ada di iTunes dan Amazon, silakan download.
Alamat kami di : Akatz, C / Prim 28. 2 º Izq-dcha, 48006, Bilbao, Basque Country, Spain
          Kami berharap, dengan adanya orang sepertimu, musik Jamaika mampu berumur panjang di dunia. Dikarenakan adanya pesan-pesan pemberontakan, kedamaian, keadilan, cinta, rasa hormat, dan solidaritas yang kita miliki selalu dibutuhkan. Applause dari saya beserta band.

Bita, Akatz